Sabtu, 27 November 2010
Sabtu, 30 Oktober 2010
Kisah Mutasi Kasek di Era Otonomi Daerah
Oktober 30, 2010
No comments
Dalam era otonomi daerah, pengangkatan dan mutasi pejabat kepala sekolah, ada saja yang selalu menghebohkan. Hal ini disebabkan adanya ketidakpuasan dalam pengangkatan kepala sekolah oleh pejabat daerah. Beberapa kasus menunjukkan bahwa guru dan siswa semakin berani protes bahkan menolak untuk melampiaskan uneg-unegnya menyoali pengangkatan dan mutasi Kepala sekolah yang menurut mereka tidak tepat dan tidak prosedural. Kasus-kasus tersebut kepala sekolah diangkat tanpa terlebih mengikuti tes seleksi dan pelatihan calon Kepala sekolah, seperti guru SMP diangkat menjadi Kepala SMA dan SMK, atau guru SMA dan SMK diangkat menjadi Kepala SMP, seperti kepala sekolah menjadi pengawas kemudian kembali lagi menjadi Kepala sekolah, seperti mutasi Kepala sekolah dari sekolah di tengah kota ke sekolah pinggiran dan sebaliknya.
Pergolakan ini seperti ini tentu berpengaruh pada kinerja sekolah. Pergolakan ini sebenarnya bisa dihindari dengan memperhatikan peratuturan yang ada. Peraturan yang bisa mengikat adalah SK Mendiknas no. 167/2004 yang membatasi masa jabatan kepala sekolah (kepsek) hanya empat tahun dan maksimal dua periode (2x4 tahun) dan Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007. Dalam peraturan menteri ini, ditetapkan standar penentuan kualifikasi seseorang untuk dapat diangkat sebagai kepala sekolah atau madrasah, antara lain kualifikasi dan kualifikasi khusus.
Salah satu ketentuan dalam peratuan itu adalah bahwa kepala sekolah harus berstatus guru.
Kepala sekolah adalah seorang guru yang atas dasar kompetensinya diberi tugas tambahan mengelola satuan pendidikan. Jadi seorang kepala sekolah itu memang seorang guru, yaitu seorang guru yang dipandang memenuhi syarat tertentu dalam memangku jabatan profesional sebagai pengelola satuan pendidikan. Oleh karena itu, jika ada staf struktural yang kembali diangkat kepala sekolah tentu ini sudah melanggar peraturan, jika ada kepala sekolah yang menganggap dirinya pejabat struktural itu salah, dan jika ada kepala sekolah yang dikembalikan menjadi guru biasa itu juga wajar.
Kepala sekolah merupakan impian dan tujuan bagi sebagian guru. Sehingga banyak yang berlomba-lomba menjadi Kepala sekolah. bahakan memberikan uang, terjun dalam dunia politik pun seorang guru rela demi kedudukannya. Tapi lihatlah efek berikutnya, kepala sekolah menganggap jabatannya adalah jabatan struktural, menganggap jabatannya jabatan politik, menganggap jabatannya mahal. Akhirnya kepala sekolahtidak menyadari bahwa dirinya adalah guru yang diberi tugas tambahan. Kekuasaan bak raja menjadi ciri dalam kepemimpinannya apalagi kepala sekolah memiliki kedekatan pribadi dan kedekatan politik kepada kekuasaan.
Akhirnya setiap kepala sekolah harus dapat menyadari bahwa dirinya adalah guru dan jangan membuat tembok ataupun jarak yang tinggi antara guru dengan dirinya. Oleh karena itu, jika terjadi mutasi kelak, dia bisa legowo dan menyadari kekurangannya sebagai guru yang diberi tugas tambahan
Pergolakan ini seperti ini tentu berpengaruh pada kinerja sekolah. Pergolakan ini sebenarnya bisa dihindari dengan memperhatikan peratuturan yang ada. Peraturan yang bisa mengikat adalah SK Mendiknas no. 167/2004 yang membatasi masa jabatan kepala sekolah (kepsek) hanya empat tahun dan maksimal dua periode (2x4 tahun) dan Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007. Dalam peraturan menteri ini, ditetapkan standar penentuan kualifikasi seseorang untuk dapat diangkat sebagai kepala sekolah atau madrasah, antara lain kualifikasi dan kualifikasi khusus.
Salah satu ketentuan dalam peratuan itu adalah bahwa kepala sekolah harus berstatus guru.
Kepala sekolah adalah seorang guru yang atas dasar kompetensinya diberi tugas tambahan mengelola satuan pendidikan. Jadi seorang kepala sekolah itu memang seorang guru, yaitu seorang guru yang dipandang memenuhi syarat tertentu dalam memangku jabatan profesional sebagai pengelola satuan pendidikan. Oleh karena itu, jika ada staf struktural yang kembali diangkat kepala sekolah tentu ini sudah melanggar peraturan, jika ada kepala sekolah yang menganggap dirinya pejabat struktural itu salah, dan jika ada kepala sekolah yang dikembalikan menjadi guru biasa itu juga wajar.
Kepala sekolah merupakan impian dan tujuan bagi sebagian guru. Sehingga banyak yang berlomba-lomba menjadi Kepala sekolah. bahakan memberikan uang, terjun dalam dunia politik pun seorang guru rela demi kedudukannya. Tapi lihatlah efek berikutnya, kepala sekolah menganggap jabatannya adalah jabatan struktural, menganggap jabatannya jabatan politik, menganggap jabatannya mahal. Akhirnya kepala sekolahtidak menyadari bahwa dirinya adalah guru yang diberi tugas tambahan. Kekuasaan bak raja menjadi ciri dalam kepemimpinannya apalagi kepala sekolah memiliki kedekatan pribadi dan kedekatan politik kepada kekuasaan.
Akhirnya setiap kepala sekolah harus dapat menyadari bahwa dirinya adalah guru dan jangan membuat tembok ataupun jarak yang tinggi antara guru dengan dirinya. Oleh karena itu, jika terjadi mutasi kelak, dia bisa legowo dan menyadari kekurangannya sebagai guru yang diberi tugas tambahan
Senin, 25 Oktober 2010
Kehidupan bermakna
Oktober 25, 2010
No comments
Pagi-pagi buta terbangun dari tidur dengan tergogoh-gopoh meraih handuk segera mandi. Antara semangat dan terpaksa memulai aktivitas setiap hari. Seluruh anggota keluarga mullai berkemas, tak jarang Ocehan, tangisan, amarah dan rintihan menjadi sarapan pagi yang akrab bagi seisi rumah. Pukul 7.15 WIB semua berangkat, berlomba seakan mengejar ketinggalan yang sudah dihadapan mata.
Kesibukan kerjapun dimulailah…dengan perasaan sesak diantara tumpukan kertas-kertas kerja, manusia dan beragam pola tingkah laku…begitu banyak yang harus dikerjakan tapi tidak ada yang terselesaikan…sampai dilemburkan pun tetap masih ada tersisa..
Pada esok harinya pun demikian dan demikian..bangun pagi makan, kerja, makan lagi kerja lagi bahkan harus sampai tengah malam, .setelah lelah tidur sejenak, bangun dan mulai aktivitas lagi.... lagi…
Demikian terus berlangsung dan kita hanya menjalaninya seperti seremonial semata dan pada akhirnya tua. Sebenarnya apa yang kucari..? Apa semua ini dilakukan hanya untuk kelangsungan hidup dan menuju kepada kematian..tanpa ada yang tersisa…? Aku berteriak…” TIDAK..... hidupku harus lebih bermakna bagi kehidupanku dan juga diriku sendiri…. Sampai saat ini memang rangkaian perencanaan hidup bermakna telah ku buat sedemikian, tapi…..
Semua itu hampa bagaikan angin yang menerpa untuk sesaat saja. Akhirnya aku menemukan satu titik kesimpulan bahwa yang terpenting bukan apa yang kucari, tapi apa yang kuinginkan dalam diri ini. keinginanlah yang telah membelengguku, keinginanlah yang telah menggerakanku, dan keinginanlah yang telah memilih jalannya sendiri, baik ataukah buruk.
Ternyata kehidupanku akan lebih bermakna jika aku sanggup berpedoman pada sebanyak mungkin filsafat hidup yang positif. Memaknai rutinitas sebagai tantangan akan lebih positif ketimbang untuk uang semata, aktualisasi-diri, kesejahteraan keluarga. Meskipun kerjanya sama dan sama-sama mendapatkan uangnya, tapi maknanya berbeda. Ketika kita sanggup mengekspresikan energi cinta untuk orang-orang yang kita cintai atau pekerjaan yang kita cintai. Anak, pasangan, keluarga, orangtua, kekasih, kelompok masyarakat tertentu yang kita bina adalah sumber makna hidup bagi orang yang mampu mengekspresikan cintanya. Begitu juga dengan pekerjaan atau profesi tertentu yang sanggup kita cintai.
Kehidupan akan lebih bermakna apabila kita sanggup mentransformasikan berbagai kemalangan, kepahitan, dan penderitaan yang kita alami, baik itu hal kecil atau yang besar, ke dalam berbagai bentuk ‘pelampiasan’ yang positif dan untuk orang banyak.
Jadi apa kalkulasi yang menjadikan hidup 100% bermakna..??uang kah..?? Kepemimpinan kah..??? Ternyata yang menjadikan hidup menjadi 100% bermakna adalah
ATTITUDE=
A+T+T+I+T+U+D+E=
1+20+20+9+20+21+4+5+=100%
Jadi milikilah pendirian yang tetap.Jangan Mudah termakan oleh omongan orang banyak
bermakna adalah kehidupan yang dinamis, progresif, dan konstruktif. Dasarnya adalah berpikir positif, bersikap positif dan bertindak positif.
Tags: sibuk
Saat jam terus bergulir, saat hari terus bergelinding antara siang dan malam. semua kehilangan waktunya….
Aku tersadar dalam keheninganku, menatap dunia dan ternyata semu… layak mimpi dalam tidur. Sekilas berlalu dalam mataku bagaikan film yang diputar dalam televisi atau monitor, hmm…… apakah aku sekarang berada di alam bawah sadar ataukah dalam alam kenyataan. Tapi, saatku melangkah dengan waktu dan menoleh ke belakang, mimpi…… ya… aku bermimpi.
Mataku melihat ke masa depan dengan imajinasiku. Gelap. terhalang tembok yang menjulang. ya..rabb apakah aku telah menyia-nyiakan waktu, hingga ku tak sadar bahwa aku tengah bermimpi dalam dunia yang nyata ini.
Pikiranku tengah mencari sesuatu dalam samudra angan dan imajinasi. Apa yang ku cari? pertanyaan itulah yang tepat membayangiku. Sampai saat ini memang rangkaian perencanaan hidup telah ku buat sedemikian, tapi…..
Semua itu hampa bagaikan angin yang menerpa untuk sesaat saja. aneh memang? kenapa aku seperti ini. namun di akhir pengelanaanku dalam dunia angan, aku menemukan satu titik kesimpulan.
Yang terpenting bukan apa yang kita cari, tapi apa yang inginkan dalam diri ini. keinginanlah yang telah membelengguku, keinginanlah yang telah menggerakanku, dan keinginanlah yang telah memilih jalannya sendiri, baik ataukah buruk.
Kesibukan kerjapun dimulailah…dengan perasaan sesak diantara tumpukan kertas-kertas kerja, manusia dan beragam pola tingkah laku…begitu banyak yang harus dikerjakan tapi tidak ada yang terselesaikan…sampai dilemburkan pun tetap masih ada tersisa..
Pada esok harinya pun demikian dan demikian..bangun pagi makan, kerja, makan lagi kerja lagi bahkan harus sampai tengah malam, .setelah lelah tidur sejenak, bangun dan mulai aktivitas lagi.... lagi…
Demikian terus berlangsung dan kita hanya menjalaninya seperti seremonial semata dan pada akhirnya tua. Sebenarnya apa yang kucari..? Apa semua ini dilakukan hanya untuk kelangsungan hidup dan menuju kepada kematian..tanpa ada yang tersisa…? Aku berteriak…” TIDAK..... hidupku harus lebih bermakna bagi kehidupanku dan juga diriku sendiri…. Sampai saat ini memang rangkaian perencanaan hidup bermakna telah ku buat sedemikian, tapi…..
Semua itu hampa bagaikan angin yang menerpa untuk sesaat saja. Akhirnya aku menemukan satu titik kesimpulan bahwa yang terpenting bukan apa yang kucari, tapi apa yang kuinginkan dalam diri ini. keinginanlah yang telah membelengguku, keinginanlah yang telah menggerakanku, dan keinginanlah yang telah memilih jalannya sendiri, baik ataukah buruk.
Ternyata kehidupanku akan lebih bermakna jika aku sanggup berpedoman pada sebanyak mungkin filsafat hidup yang positif. Memaknai rutinitas sebagai tantangan akan lebih positif ketimbang untuk uang semata, aktualisasi-diri, kesejahteraan keluarga. Meskipun kerjanya sama dan sama-sama mendapatkan uangnya, tapi maknanya berbeda. Ketika kita sanggup mengekspresikan energi cinta untuk orang-orang yang kita cintai atau pekerjaan yang kita cintai. Anak, pasangan, keluarga, orangtua, kekasih, kelompok masyarakat tertentu yang kita bina adalah sumber makna hidup bagi orang yang mampu mengekspresikan cintanya. Begitu juga dengan pekerjaan atau profesi tertentu yang sanggup kita cintai.
Kehidupan akan lebih bermakna apabila kita sanggup mentransformasikan berbagai kemalangan, kepahitan, dan penderitaan yang kita alami, baik itu hal kecil atau yang besar, ke dalam berbagai bentuk ‘pelampiasan’ yang positif dan untuk orang banyak.
Jadi apa kalkulasi yang menjadikan hidup 100% bermakna..??uang kah..?? Kepemimpinan kah..??? Ternyata yang menjadikan hidup menjadi 100% bermakna adalah
ATTITUDE=
A+T+T+I+T+U+D+E=
1+20+20+9+20+21+4+5+=100%
Jadi milikilah pendirian yang tetap.Jangan Mudah termakan oleh omongan orang banyak
bermakna adalah kehidupan yang dinamis, progresif, dan konstruktif. Dasarnya adalah berpikir positif, bersikap positif dan bertindak positif.
Tags: sibuk
Saat jam terus bergulir, saat hari terus bergelinding antara siang dan malam. semua kehilangan waktunya….
Aku tersadar dalam keheninganku, menatap dunia dan ternyata semu… layak mimpi dalam tidur. Sekilas berlalu dalam mataku bagaikan film yang diputar dalam televisi atau monitor, hmm…… apakah aku sekarang berada di alam bawah sadar ataukah dalam alam kenyataan. Tapi, saatku melangkah dengan waktu dan menoleh ke belakang, mimpi…… ya… aku bermimpi.
Mataku melihat ke masa depan dengan imajinasiku. Gelap. terhalang tembok yang menjulang. ya..rabb apakah aku telah menyia-nyiakan waktu, hingga ku tak sadar bahwa aku tengah bermimpi dalam dunia yang nyata ini.
Pikiranku tengah mencari sesuatu dalam samudra angan dan imajinasi. Apa yang ku cari? pertanyaan itulah yang tepat membayangiku. Sampai saat ini memang rangkaian perencanaan hidup telah ku buat sedemikian, tapi…..
Semua itu hampa bagaikan angin yang menerpa untuk sesaat saja. aneh memang? kenapa aku seperti ini. namun di akhir pengelanaanku dalam dunia angan, aku menemukan satu titik kesimpulan.
Yang terpenting bukan apa yang kita cari, tapi apa yang inginkan dalam diri ini. keinginanlah yang telah membelengguku, keinginanlah yang telah menggerakanku, dan keinginanlah yang telah memilih jalannya sendiri, baik ataukah buruk.
Jumat, 03 September 2010
Teknik Asyik Membuat Resensi Buku
September 03, 2010
No comments
Manfaat konkret yang kita serap dari membaca buku ternyata bukan pengetahuan atau gagasan penulis buku, melainkan kata-kata yang bermakna. Hanya dengan membaca, kita kemudian dapat memasukkan kata-kata tersebut dalam diri kita. Karena itu, semakin baik dan semakin kaya kosakata yang dimiliki sebuah buku, semakin baik pula kata-kata yang akan kita serap dan simpan.
Kata-kata yang kita serap dari kegiatan membaca dapat membantu kita untuk menata apa yang ingin kita sampaikan kepada orang lain. Selain itu, membaca dapat mendorong kita untuk berkomunikasi secara tertulis dengan penuh kedalaman dan keindahan. Namun, yang ingin disampaikan di sini bukan soal kesalingterkaitan membaca dan menulis, melainkan betapa pentingnya melanjutkan kegiatan membaca buku dengan menuliskan hal-hal yang diperoleh dari pembacaan tersebut. Hal ini yang disebut dengan menulis resensi buku.
Selain akan mengefektifkan kegiatan membaca, menulis resensi buku juga dapat melatih kita untuk mengungkapkan pemahaman terhadap sebuah gagasan secara tertulis. Selain itu, kegiatan ini juga akan membantu kita dalam merumuskan apa-apa yang kita pahami secara terstruktur.
Dengan cara yang mudah kita pahami, resensi adalah suatu paparan ringkas tentang manfaat sebuah buku. Melalui resensi buku, seseorang dapat mengenali manfaat buku secara cepat.
Namun, membuat resensi buku ini bukanlah pekerjaan yang ringan. Sebab peresensi perlu membaca buku secara tuntas dan total. Untuk mendukung hal tersebut, peresensi buku yang baik perlu sekali mengetahui konsep-konsep dan teknik-teknik membaca buku secara menyenangkan dan dapat pula mengambil hal-hal penting dari buku yang dibacanya. Hal tersebut bisa jadi dapat membantu Anda membuat resensi buku dengan menyenangkan pula.
Ada tiga macam teknik meresensi buku yang dapat Anda lakukan.
Teknik pertama disebut sebagai teknik "cutting and glueing". Dinamakan seperti itu lantaran yang digunakan dalam teknik ini hanyalah "memotong" dan "merekatkan" potongan-potongan tulisan. Potongan tersebut berupa materi yang ada di dalam buku yang menarik perhatian Anda. Anda tinggal menyalin kalimat-kalimat menarik yang mencerminkan isi buku yang ditulis oleh penulis buku yang Anda baca. Sebagaimana Anda mengliping sebuah koran, begitulah yang Anda lakukan dengan "memotong" materi buku yang Anda baca.
Yang dimaksud dengan "memotong" di sini adalah memindahkan materi buku, dalam artian, Anda menuliskan kembali kalimat-kalimat menarik yang ditulis oleh si penulis ke dalam catatan Anda. Bagian yang Anda potong bisa bagian depan, tengah, atau belakang. Yang penting, yang Anda "potong" benar-benar bagian yang menarik perhatian Anda dan menurut Anda merupakan gagasan inti yang disampaikan oleh si penulis buku.
Setelah merasa cukup mengumpulkan "potongan", pilihlah yang lebih sesuai dan kaitkanlah "potongan-potongan" itu. Inilah tahap "merekatkan" atau menempelkan. Ingat, jangan asal tempel saja. Anda perlu waspada ketika mengaitkan "potongan" (baca: gagasan) yang satu dengan "potongan" yang lain. Usahakan agar tetap si penulis sendiri yang bicara. Peran Anda dalam resensi itu hanya dalam konteks menyambungkan, mengalirkan, dan mengaitkan gagasan yang satu dengan gagasan yang lain.
Diri Anda terwakili oleh judul resensi yang akan Anda buat. Selain itu, Anda dapat memasukkan diri dalam kesimpulan atau kalimat pembuka resensi apabila Anda dapat memberikan komentar pendek atas gagasan yang Anda rangkai yang berasal dari tulisan si penulis.
Teknik "cutting and glueing" ini merupakan teknik yang paling sederhana dalam membuat resensi atau teknik berlatih membuat resensi (sekaligus berlatih menulis) yang paling elementer. Apabila seseorang rajin berlatih dengan teknik ini, dia dapat meningkatkan penulisan resensinya dengan menggunakan teknik kedua.
Teknik kedua ini dinamai teknik "focusing". Teknik ini berkaitan dengan kegiatan "memusatkan perhatian" kepada satu komponen yang disajikan oleh sebuah buku. Tapi pemusatan perhatian pada buku tetap berpangkal pada apa yang merupakan sesuatu yang menonjol, yang "eye catching", dan yang memang sangat-sangat menarik perhatian.
Kita dapat menemukan hal-hal yang menonjol dari sebuah buku, seperti tema buku. Bisa pula metode pembahasan yang digunakan penulis. Sampulnya, sosok pengarangnya, gaya penyajiannya, atau latar belakang penerbitan buku tersebut. Apa saja bisa diangkat. Namun, peresensi yang ingin menggunakan teknik ini perlu sekali memilih salah satu komponen yang ada di dalam buku yang memang sangat menarik.
Teknik ketiga dinamai teknik "comparing". Teknik ini mengajak seorang peresensi untuk melakukan pembandingan atas hal-hal yang ada di dalam buku tersebut. Caranya dengan tidak hanya membaca satu buku saja. Selain buku yang ingin diresensi, seorang peresensi perlu membaca setidaknya lebih dari dua buku yang mempunyai kesamaan, misal satu tema, satu penulis, dan lain-lain. Hal ini membantu peresensi untuk dapat membandingkan buku yang ingin diresensinya dengan buku lain yang dibacanya.
Meskipun proses pembandingan itu tidak langsung dan frontal, tapi dengan membaca banyak buku, peresensi dapat memiliki cakrawala yang luas dan dapat menemukan kelebihan ataupun kekurangan yang terdapat di dalam sebuah buku. Tentu, hasil resensi yang berasal dari penggunaan teknik ketiga ini akan lebih memperkaya pembaca resensi buku tersebut.
Kata-kata yang kita serap dari kegiatan membaca dapat membantu kita untuk menata apa yang ingin kita sampaikan kepada orang lain. Selain itu, membaca dapat mendorong kita untuk berkomunikasi secara tertulis dengan penuh kedalaman dan keindahan. Namun, yang ingin disampaikan di sini bukan soal kesalingterkaitan membaca dan menulis, melainkan betapa pentingnya melanjutkan kegiatan membaca buku dengan menuliskan hal-hal yang diperoleh dari pembacaan tersebut. Hal ini yang disebut dengan menulis resensi buku.
Selain akan mengefektifkan kegiatan membaca, menulis resensi buku juga dapat melatih kita untuk mengungkapkan pemahaman terhadap sebuah gagasan secara tertulis. Selain itu, kegiatan ini juga akan membantu kita dalam merumuskan apa-apa yang kita pahami secara terstruktur.
Dengan cara yang mudah kita pahami, resensi adalah suatu paparan ringkas tentang manfaat sebuah buku. Melalui resensi buku, seseorang dapat mengenali manfaat buku secara cepat.
Namun, membuat resensi buku ini bukanlah pekerjaan yang ringan. Sebab peresensi perlu membaca buku secara tuntas dan total. Untuk mendukung hal tersebut, peresensi buku yang baik perlu sekali mengetahui konsep-konsep dan teknik-teknik membaca buku secara menyenangkan dan dapat pula mengambil hal-hal penting dari buku yang dibacanya. Hal tersebut bisa jadi dapat membantu Anda membuat resensi buku dengan menyenangkan pula.
Ada tiga macam teknik meresensi buku yang dapat Anda lakukan.
Teknik pertama disebut sebagai teknik "cutting and glueing". Dinamakan seperti itu lantaran yang digunakan dalam teknik ini hanyalah "memotong" dan "merekatkan" potongan-potongan tulisan. Potongan tersebut berupa materi yang ada di dalam buku yang menarik perhatian Anda. Anda tinggal menyalin kalimat-kalimat menarik yang mencerminkan isi buku yang ditulis oleh penulis buku yang Anda baca. Sebagaimana Anda mengliping sebuah koran, begitulah yang Anda lakukan dengan "memotong" materi buku yang Anda baca.
Yang dimaksud dengan "memotong" di sini adalah memindahkan materi buku, dalam artian, Anda menuliskan kembali kalimat-kalimat menarik yang ditulis oleh si penulis ke dalam catatan Anda. Bagian yang Anda potong bisa bagian depan, tengah, atau belakang. Yang penting, yang Anda "potong" benar-benar bagian yang menarik perhatian Anda dan menurut Anda merupakan gagasan inti yang disampaikan oleh si penulis buku.
Setelah merasa cukup mengumpulkan "potongan", pilihlah yang lebih sesuai dan kaitkanlah "potongan-potongan" itu. Inilah tahap "merekatkan" atau menempelkan. Ingat, jangan asal tempel saja. Anda perlu waspada ketika mengaitkan "potongan" (baca: gagasan) yang satu dengan "potongan" yang lain. Usahakan agar tetap si penulis sendiri yang bicara. Peran Anda dalam resensi itu hanya dalam konteks menyambungkan, mengalirkan, dan mengaitkan gagasan yang satu dengan gagasan yang lain.
Diri Anda terwakili oleh judul resensi yang akan Anda buat. Selain itu, Anda dapat memasukkan diri dalam kesimpulan atau kalimat pembuka resensi apabila Anda dapat memberikan komentar pendek atas gagasan yang Anda rangkai yang berasal dari tulisan si penulis.
Teknik "cutting and glueing" ini merupakan teknik yang paling sederhana dalam membuat resensi atau teknik berlatih membuat resensi (sekaligus berlatih menulis) yang paling elementer. Apabila seseorang rajin berlatih dengan teknik ini, dia dapat meningkatkan penulisan resensinya dengan menggunakan teknik kedua.
Teknik kedua ini dinamai teknik "focusing". Teknik ini berkaitan dengan kegiatan "memusatkan perhatian" kepada satu komponen yang disajikan oleh sebuah buku. Tapi pemusatan perhatian pada buku tetap berpangkal pada apa yang merupakan sesuatu yang menonjol, yang "eye catching", dan yang memang sangat-sangat menarik perhatian.
Kita dapat menemukan hal-hal yang menonjol dari sebuah buku, seperti tema buku. Bisa pula metode pembahasan yang digunakan penulis. Sampulnya, sosok pengarangnya, gaya penyajiannya, atau latar belakang penerbitan buku tersebut. Apa saja bisa diangkat. Namun, peresensi yang ingin menggunakan teknik ini perlu sekali memilih salah satu komponen yang ada di dalam buku yang memang sangat menarik.
Teknik ketiga dinamai teknik "comparing". Teknik ini mengajak seorang peresensi untuk melakukan pembandingan atas hal-hal yang ada di dalam buku tersebut. Caranya dengan tidak hanya membaca satu buku saja. Selain buku yang ingin diresensi, seorang peresensi perlu membaca setidaknya lebih dari dua buku yang mempunyai kesamaan, misal satu tema, satu penulis, dan lain-lain. Hal ini membantu peresensi untuk dapat membandingkan buku yang ingin diresensinya dengan buku lain yang dibacanya.
Meskipun proses pembandingan itu tidak langsung dan frontal, tapi dengan membaca banyak buku, peresensi dapat memiliki cakrawala yang luas dan dapat menemukan kelebihan ataupun kekurangan yang terdapat di dalam sebuah buku. Tentu, hasil resensi yang berasal dari penggunaan teknik ketiga ini akan lebih memperkaya pembaca resensi buku tersebut.
Jumat, 20 Agustus 2010
Perbedaan perubahan tingkah laku dengan hasil belajar dan bukan hasil belajar.
Agustus 20, 2010
No comments
Belajar diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang secara relatif bersifat terus menerus sebagai akibat dari pengalaman (Davidoff, 1981: 130). Dalam batasan tersebut, makna belajar mengandung unsur:
(1) Perubahan tingkah laku,
Perubahan tingkah laku suatu kegiatan disebut belajar, jika dengan kegiatan itu sang pelaku mengalami perubahan tingkah laku. Jika dia tidak mengalami perubahan tingkah laku, berarti dia belum (atau tidak) belajar. Misalnya Misalnya, seseorang yang bernama marzuki sedang kuliah, tetapi setiap harinya dia tidak pernah belajar. Setiap harinya ia hanya bermain, bahkan sering bolos kuliah. Teman-teman nya bahkan orangtua nya pun selalu menasehati marzuki bahwa itu tidak baik. Ketika ujian tiba, alhasil dia pun tidak bisa mengerjakan soal ujian, dan akhirnya dia tidak lulus dalam mata kuliah tersebut dan marzuki pun harus mengulang di tahun berikutnya. Semenjak kejadian itu, marzuki pun selalu belajar, dia sadar bahwa selama ini dia telah salah. Nah, marzuki baru saja mengalami proses belajar. Di dalam dirinya ada perubahan tingkah laku. Lain halnya dengan ucup. Dia mengalami peristiwa yang sama dengan yang dialami marzuki. Ucup juga sedang ujian akhir semester. Karena tidak pernah belajar, dia tidak lulus ujian dan harus mengulang di tahun berikutnya. Setelah tahun berikut itu datang, dasar Ucup, dia melakukan hal yang sama lagi, dia sering bolos kuliah dan tidak pernah belajar. Suatu hari dia Ujian akhir semester, dan … selamat tinggal Ucup, dia dikeluarkan dari universitas itu, karena telah melewati batas tahun yang seharusnya di tempuh. Nah, apa yang dialami si Ucup ini tidak bisa disebut belajar. Si Ucup tidak pernah belajar dari pengalaman gagal ujian yang dialaminya.
(2) Relatif terus menerus
Relatif artinya tidak mesti, tidak selalu begitu. Relatif terus menerus berarti tidak benar-benar terus menerus. Ya kadang-kadang lupa, ingat lagi, lupa lagi, ingat lagi, berubah lagi, tidak berubah lagi. Namanya juga belajar, tidak langsung berubah dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak sopan menjadi sopan, dari tidak sadar menjadi sadar. Semuanya butuh proses, ada proses yang pendek dan ada proses yang panjang. Makanya disebut relatif terus menerus gitu. Makanya kalau ada anak sedang belajar sopan santun jangan dimarahi ketika dia belum sopan, karena dia sedang mengalami perubahan yang secara relatif bersifat terus menerus.Tetapi yang lebih penting kita pahami bahwa makna terus menerus itu berarti jangka panjang. Perubahan itu bersifat panjang sekali. Jika hari ini berubah dibandingkan kemarin, terus besok kembali seperti kemarin, itu namanya bukan perubahan terus menerus. Itu bukan belajar. Itu namanya perubahan sesaat.
(3) Pengalaman.
Apa yang membuat orang yang sedang belajar tersebut “berubah” adalah pengalaman. Seperti kasus Marzuki, yang membuat dia berubah adalah pengalaman kegagalan ujian. Tanpa dengan ujian yang gagal, mungkin Marzuki masih suka bolos kuliah dan tidak pernah belajar. Pengalaman di sini tidak mesti berupa kegagalan. Pengalaman bisa saja diperoleh dari membaca buku, mendengarkan berita di televisi, membaca berita di koran, melihat pengalaman orang lain, dan sebagainya. Sebagai contoh, karena membaca berita sekian banyak mahasiswa yang di drop out karena melebihi batas waktu yang ditentukan, Dian selalu belajar dan rajin datang ke kampus. Meskipun diejek sebagai kutu buku, Dian tetap saja belajar. Hal tersebut dikarenakan Dian mendapatkan pengalaman tidak langsung dari hasil membaca berita.
Tetapi perubahan tingkah laku tidak harus didapatkan dari pengalaman saja. Banyak ahli psikologi menyatakan bahwa perubahan-perubahan tingkah laku tidak mesti sebagai hasil dari pengalaman. Davidoff (1981), mengatakan bahwa “Changes in behavior cannot always be attributed to experience, of course”. Contohnya begini. Kelelahan, dorongan, emosi, dan kematangan bisa mengubah tingkah laku orang. Tetapi pengaruh pengalaman yang bernama kelelahan, dorongan, emosi, dan kematangan ini tidak bisa dikatakan belajar. Misalnya kelelahan, orang yang sedang lelah ‘berubah’ dari wajah ceria menjadi tidak ceria, konsentrasi bagus jadi konsentrasi kacau. Tetapi semua itu bukan hasil belajar, meskipun itu sebagai hasil pengalaman yang bernama LELAH. Mau bukti??? Suruh saja orang yang lelah itu tidur yang cukup, setelah bangun dia pasti segar kembali, ngomongnya lancar lagi, konsentrasinya bagus lagi, semangatnya bangkit lagi. Jadi pengalaman semata belum tentu merupakan faktor belajar. Contoh yang lain adalah pengalaman yang berupa dorongan. Dorongan juga tidak mempengaruhi belajar, karena perubahannya hanya sebentar. Ketika sedang lapar, dorongan untuk menyantap makanan besar sekali. Tetapi setelah makan dan perut kenyang, dorongan itu tidak ada lagi. Kita sudah tidak mau makan lagi. Ditawari yang enak-enak pun sudah tidak mau. Ini artinya tingkah laku ketika lapar itu (dorongan) tidak bisa diklasifikasikan sebagai belajar. Sifatnya hanya sesaat. Kematangan termasuk pengalaman. Kematangan bisa mengubah tingkah laku, dan perubahan tingkah laku akibat kematangan juga berlangsung lamaaaaaa sekali. Tetapi perubahan tingkah laku akibat kematangan bukan termasuk belajar. Contohnya, anak Anda berubah dari tidak bisa berjalan menjadi bisa berjalan. Anak tersebut tidak membutuhkan teknik-teknik berjalan. Secara instinktif, dia bisa berjalan ketika sudah tiba waktunya. Yang dibutuhkan anak untuk berjalan hanyalah kesempatan (opportunity), lingkungan, fasilitas (kemudahan). Hal ini sama dengan apa yang dibutuhkan anak-anak sapi, anak kerbau, anak-anak kambing ketika tiba masanya berjalan. Davidoff (1981) menyebut kematangan ini dengan istilah “fixed action patterns” atau pola-pola tingkah laku yang pasti. Fixed action patterns ini meliputi tanggapan-tanggapan yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Species-specific (observed among all normal same-sexed members of a species). Maksudnya tiap-tiap spesies memiliki ciri-ciri khusus. Manusia mempunyai ciri-ciri khusus. Kambing mempunyai ciri-ciri khusus. Katak mempunyai ciri-ciri khusus. Ciri-ciri khusus manusia (soal kematangan) berbeda dengan yang dimiliki kambing dan katak. Itupun masih dibatasi dengan laki-laki dan perempuan. Sama-sama tergolong manusia, tetapi kalau beda jenis kelamin kematangannya juga berbeda.
2. Highly stereotyped.(similar whenever executed). Maksudnya bahwa kematangan itu benar-benar merupakan ciri baku dari suatu spesies. Jelasnya, yang namanya manusia kalau mengalami proses perubahan ya begitu, tidak seperti anak sapi atau anak kambing.
3. Completed, once initiated. Maksudnya bahwa kematangan itu lengkap, dimulai dari kematangan yang satu terus diikuti oleh kematangan-kematangan yang lainnya. Anak umur satu tahun mengawali kematangan dari kematangan berjalan dan berbicara. Tidak mungkin anak usia satu tahun matang urusan sex atau sosial yang luas.
4. Largely unlearned (al least independent of specific traning). Maksudnya secara umum tidak perlu dipelajari. Kematangan akan datang secara alamiah bersamaan perkembangan dan pertumbuhan suatu spesies.
5. Resistant to modification. Maksudnya anti perubahan. Meskipun kita usahakan berubah lebih cepat, kalau belum tiba masanya itu tidak akan berubah. Anak usia satu bulan kita paksa berjalan, ya tidak bisa.
6. Triggered frequently by a very specific environmental stimulus. Maksudnya bahwa kematangan itu dibentuk oleh setiap rangsangan dari lingkungan. Artinya begini, ketika anak sudah tiba masanya untuk berjalan, tiba-tiba ada situasi tertentu yang diciptakan oleh lingkungan, sehingga tiba-tiba anak itu berjalan. Nah, inilah yang dimaksudkan dengan dibentuk oleh rangsangan dari lingkungan. Sekali lagi, kematangan bukan termasuk belajar, meskipun perubahan sebagai akibat kematangan ini berlangsung lama sekali. Bahkan bisa sampai akhir hayat perubahan akibat kematangan itu masih ada. Anak yang sudah bisa berjalan akan tetap berjalan hingga akhir hayatnya.
Selasa, 08 Juni 2010
Siswa yang Remedial UTS
Juni 08, 2010
No comments
NO No. Ujian SKOR NILAI
1 1206 8 20.00
2 1188 11 28.00
3 1205 12 30.00
4 1186 13 33.00
5 1077 17 43.00
6 1121 18 45.00
7 1134 18 45.00
8 1184 18 45.00
9 1196 19 48.00
10 1207 19 48.00
11 1215 20 50.00
12 1024 22 55.00
13 1035 22 55.00
14 1049 22 55.00
15 1212 22 55.00
16 1071 23 58.00
17 1136 24 60.00
18 1037 25 63.00
19 1041 25 63.00
20 1063 25 63.00
21 1108 25 63.00
22 1185 25 63.00
23 1039 26 65.00
24 1068 26 65.00
25 1199 26 65.00
26 1030 27 68.00
27 1036 27 68.00
28 1040 27 68.00
29 1042 27 68.00
30 1075 27 68.00
31 1191 27 68.00
32 1204 27 68.00
33 1218 27 68.00
34 1219 27 68.00
35 1004 28 70.00
36 1007 28 70.00
37 1013 28 70.00
38 1050 28 70.00
39 1072 28 70.00
40 1133 28 70.00
41 1135 28 70.00
42 1138 28 70.00
43 1140 28 70.00
44 1146 28 70.00
45 1180 28 70.00
46 1183 28 70.00
47 1198 28 70.00
48 1210 28 70.00
49 1022 29 73.00
50 1025 29 73.00
51 1028 29 73.00
52 1047 29 73.00
53 1061 29 73.00
54 1124 29 73.00
55 1128 29 73.00
56 1129 29 73.00
57 1137 29 73.00
58 1190 29 73.00
59 1192 29 73.00
60 1200 29 73.00
61 1214 29 73.00
1 1206 8 20.00
2 1188 11 28.00
3 1205 12 30.00
4 1186 13 33.00
5 1077 17 43.00
6 1121 18 45.00
7 1134 18 45.00
8 1184 18 45.00
9 1196 19 48.00
10 1207 19 48.00
11 1215 20 50.00
12 1024 22 55.00
13 1035 22 55.00
14 1049 22 55.00
15 1212 22 55.00
16 1071 23 58.00
17 1136 24 60.00
18 1037 25 63.00
19 1041 25 63.00
20 1063 25 63.00
21 1108 25 63.00
22 1185 25 63.00
23 1039 26 65.00
24 1068 26 65.00
25 1199 26 65.00
26 1030 27 68.00
27 1036 27 68.00
28 1040 27 68.00
29 1042 27 68.00
30 1075 27 68.00
31 1191 27 68.00
32 1204 27 68.00
33 1218 27 68.00
34 1219 27 68.00
35 1004 28 70.00
36 1007 28 70.00
37 1013 28 70.00
38 1050 28 70.00
39 1072 28 70.00
40 1133 28 70.00
41 1135 28 70.00
42 1138 28 70.00
43 1140 28 70.00
44 1146 28 70.00
45 1180 28 70.00
46 1183 28 70.00
47 1198 28 70.00
48 1210 28 70.00
49 1022 29 73.00
50 1025 29 73.00
51 1028 29 73.00
52 1047 29 73.00
53 1061 29 73.00
54 1124 29 73.00
55 1128 29 73.00
56 1129 29 73.00
57 1137 29 73.00
58 1190 29 73.00
59 1192 29 73.00
60 1200 29 73.00
61 1214 29 73.00
Membaca yang tak Tertuliskan
Juni 08, 2010
1 comment
Apa yang hendak kau baca?
Huruf-huruf yang berbaris diatas kertas yang membeku atau makna dibaliknya?
Apakah kau sungguh - sungguh dapat membaca dengan sebenarnya dari yang tertuliskan ?
Membaca,
Dapat membuatmu pintar dan cerdas serta memiliki wawasan luas yang membuat kau terpandang
Tetapi tak jarang pula membuatmu semakin bodoh dan tersesat, tak tahu apa yang harus dilakukan dengan kata-kata diatas kertas
Membaca ,
Bila hanya terpaku pada huruf - huruf yang hanya berupa barang mati
Seringkali dapat menyesatkanmu dan membutakan pandanganmu
Membaca ,
Akan lebih membuatmu bijaksana, bila mau meluaskan mata , pandangan, dan pikiran
Bukan hanya pada rangkaian tulisan - tulisan, tetapi pada hal - hal yang tak tertuliskan yang lebih membuka mata dan mencerahkanmu
Membaca ,
Yang tertuliskan, bisa saja akan membatasimu untuk memahami makna yang tak dapat dituliskan yang lebih memberika penjelasan
Yang tertuliskan belum tentu dapat menjelaskan makna yang sesungguhnya ,banyak hal yang tak dapat dijelaskan kata-kata
Membaca ,
Bebaskanlah dirimu untuk menggapai makna yang terdalam dibalik tulisan yang ada
Dapatkah kau membaca bukan hanya dengan mata, namun dengan seluruh jiwa dan pikiran?
Bukan hanya yang tertuliskan , namun juga membaca yang tak tertuliskan yang mengandung lebih banyak makna!
Selasa, 18 Mei 2010
Mengapa Ketidaklulusan UN 2010 lebih banyak pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia?
Mei 18, 2010
No comments
Sebagai guru bahasa Indonesia saya sedikit malu dan tersentak dengan ungkapan Bapak Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh Senin (26/4/2010) yang menyampaikan bahwa kebanyakan peserta UN SMA/MA 2010 yang mengulang adalah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Biologi. Saya merasa bahwa pengumuman bapak menteri seakan terju pada profesi saya sebagai guru bahasa Indonesia, meskipun pada sekolah tempat saya bertugas tidak ada siswa yang tidak lulus pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
Lantas di mana letak masalahnya sehingga semua ini bisa terjadi ?. Menurut penulis, peyebabnya ada beberap hal diantaranya adalah: .
1. Motivasi anak-anak kita untuk mempelajari bahasa Indonesia, tidak sekuat untuk mempelajari bahasa lain seperti bahasa Inggris, Jepang, Korea, Mandarin dan sebagainya. bahasa asing dianggap sebagai bahasa yang menjanjikan masa depan cerah, terutama dalam prospek dunia kerja. Alasan ini memang sangat logis, karena untuk kepentingan interaksi dengan dunia luar dan pergaulan internasional, penguasaan bahasa asing merupakan hal yang mutlak. Dunia kerja, selalu menjadikan kemampuan bahasa asing sebagai salah satu persyaratan utama dalam menerima calon pekerja atau karyawan.
2. Pengajaran bahasa Indonesia di sekolah masih dianggap sebagai media menanamkan pengetahuan bahasa. Pandangan ini sangatlah keliru menurut kurikulum berbasis komptensi dan KTSP. Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi. Komunikasi adalah proses penyampaian maksud dengan menggunakan saluran tertentu. Maksud komunikasi dapat berupa pengungkapan pikiran, persetujuan, keinginan, penyampaian informasi tentang suatu peristiwa, dan lain-lain. Hal itu disampaikan dalam aspek kebahasaan berupa kata, kalimat, paragraph, ejaan dan tanda baca dalam bahasa tulis. Sedangkan dalam bahasa lisan perlu diperhatikan unsur prosodi (intonasi, nada, irama, tekanan, tempo)Dalam berkomunikasi ada pihak penyampai dan penerima pesan. Kedua pihak itu harus bekerja sama agar proses komunikasi berlangsung dengan baik. Kerjasama itu diciptakan dengan memperhatikan factor yang mempengaruhi proses komunikasi yaitu siapa yang diajak berkomunikasi, situasi, tempat, isi pembicaraan, dan media yang dipergunakan.
3. Kesalahan penilaian. Salah satu komponen penting dalam proses pembelajaran adalah penilaian. Penilaian memiliki berbagai macam tujuan dan cara. Beberapa tujuan atau fungsi penialaian yaitu mengevaluasi program pembelajaran, menganalisis keberhasilan peserta didik, mengidentifikasi kemungkinan terjadi kesalahan konsep, dan memberi umpan balik kepada guru. Berbagai cara penilaian terus dikembangkan untuk mendapatkan jenis penilaian yang paling efektif. Salah satunya adalah penilaian berbasis kelas (class room based assessment). Penilaian yang menggunakan acuan dan standar ini membutuhkan informasi yang otentik, variasi, dan luas dari setiap peserta didik. Untuk keperluan ini Guru perlu menghimpun fakta-fakta dan dokumen berlajar yang diperoleh melalui observasi, portofolio, projek, produk, interview, dll. Untuk mendapatkan informasi yang akurat dan objektif, guru perlu melengkapi diri dengan format penilaian.Penilaian berbasis kelas dilakukan Guru pada saat proses pembelajaran, baik di dalam maupun di luar ruang kelas. Penilaian berbasis kelas merupakan penilaian internal yang menjadi bagian integral dari penilaian eksternal oleh pihak luar sekolah. Selain dapat berfungsi sebagai bahan pertimbangan penentuan kenaikan kelas, juga berfungsi untuk umpan balik guru, alat motivasi peserta didik, juga berfungsi sebagai alat evaluasi dan intropeksi diri peserta didik terhadap kompetensi yang telah dicapai.
Pada dasarnya tidak ada satu pun alat / jenis penilaian yang tepat digunakan untuk setiap kompetensi yang diukur. Karena itu, Guru harus mengembangkan dan memberdayakan macam-macam jenis penilaian yang dapat dipergunakan dalam penilaian berbasis kelas. Jenis-jenis penilaian tersebut adalah:
1. Penilaian tes tertulis: menjawab pertanyaan, memberi tanggapan, PG, isian singkat, uraian (esai)
2. Tes Perbuatan:
3. Pemberian Tugas
4. Penilaian projek
5. Penilaian produk
6. Penilaian sikap
7. Penilaian portofolio
Bertolak dari uraian tersebut, tantangan paling berat adalah mengubah pola pandang terhadap pembelajaran bahasa Indonesia. Baik dari sudut pandang siswa, guru, sekolah dan masyarakat. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan agar siswa terampil berkomunikasi. Siswa harus lebih banyak diberi kesempatan untuk berlatih berkomunikasi secara lisan maupun tertulis, secara aktif maupun reseptif. Pembelajaran bahasa tidak diarahkan pada penguasaan konsep-konsep kebahasaan atau pengetahuan berbahasa. Begitu pula untuk pembelajaran sastra tidak dibawa pada penguasaan pengetahuan sastra, tetapi langsung diajak untuk menggeluti karya sastra agar semakin mampu menikmati, memahami, dan menghayati isinya. Dengan demikian, siswa memiliki keseluruhan pengalaman terhadap materi bahasa Indonesia dan akhirnya bagaimanapun bentuk soal ujin akan bisa dijawab karena sudah di alami.
Lantas di mana letak masalahnya sehingga semua ini bisa terjadi ?. Menurut penulis, peyebabnya ada beberap hal diantaranya adalah: .
1. Motivasi anak-anak kita untuk mempelajari bahasa Indonesia, tidak sekuat untuk mempelajari bahasa lain seperti bahasa Inggris, Jepang, Korea, Mandarin dan sebagainya. bahasa asing dianggap sebagai bahasa yang menjanjikan masa depan cerah, terutama dalam prospek dunia kerja. Alasan ini memang sangat logis, karena untuk kepentingan interaksi dengan dunia luar dan pergaulan internasional, penguasaan bahasa asing merupakan hal yang mutlak. Dunia kerja, selalu menjadikan kemampuan bahasa asing sebagai salah satu persyaratan utama dalam menerima calon pekerja atau karyawan.
2. Pengajaran bahasa Indonesia di sekolah masih dianggap sebagai media menanamkan pengetahuan bahasa. Pandangan ini sangatlah keliru menurut kurikulum berbasis komptensi dan KTSP. Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi. Komunikasi adalah proses penyampaian maksud dengan menggunakan saluran tertentu. Maksud komunikasi dapat berupa pengungkapan pikiran, persetujuan, keinginan, penyampaian informasi tentang suatu peristiwa, dan lain-lain. Hal itu disampaikan dalam aspek kebahasaan berupa kata, kalimat, paragraph, ejaan dan tanda baca dalam bahasa tulis. Sedangkan dalam bahasa lisan perlu diperhatikan unsur prosodi (intonasi, nada, irama, tekanan, tempo)Dalam berkomunikasi ada pihak penyampai dan penerima pesan. Kedua pihak itu harus bekerja sama agar proses komunikasi berlangsung dengan baik. Kerjasama itu diciptakan dengan memperhatikan factor yang mempengaruhi proses komunikasi yaitu siapa yang diajak berkomunikasi, situasi, tempat, isi pembicaraan, dan media yang dipergunakan.
3. Kesalahan penilaian. Salah satu komponen penting dalam proses pembelajaran adalah penilaian. Penilaian memiliki berbagai macam tujuan dan cara. Beberapa tujuan atau fungsi penialaian yaitu mengevaluasi program pembelajaran, menganalisis keberhasilan peserta didik, mengidentifikasi kemungkinan terjadi kesalahan konsep, dan memberi umpan balik kepada guru. Berbagai cara penilaian terus dikembangkan untuk mendapatkan jenis penilaian yang paling efektif. Salah satunya adalah penilaian berbasis kelas (class room based assessment). Penilaian yang menggunakan acuan dan standar ini membutuhkan informasi yang otentik, variasi, dan luas dari setiap peserta didik. Untuk keperluan ini Guru perlu menghimpun fakta-fakta dan dokumen berlajar yang diperoleh melalui observasi, portofolio, projek, produk, interview, dll. Untuk mendapatkan informasi yang akurat dan objektif, guru perlu melengkapi diri dengan format penilaian.Penilaian berbasis kelas dilakukan Guru pada saat proses pembelajaran, baik di dalam maupun di luar ruang kelas. Penilaian berbasis kelas merupakan penilaian internal yang menjadi bagian integral dari penilaian eksternal oleh pihak luar sekolah. Selain dapat berfungsi sebagai bahan pertimbangan penentuan kenaikan kelas, juga berfungsi untuk umpan balik guru, alat motivasi peserta didik, juga berfungsi sebagai alat evaluasi dan intropeksi diri peserta didik terhadap kompetensi yang telah dicapai.
Pada dasarnya tidak ada satu pun alat / jenis penilaian yang tepat digunakan untuk setiap kompetensi yang diukur. Karena itu, Guru harus mengembangkan dan memberdayakan macam-macam jenis penilaian yang dapat dipergunakan dalam penilaian berbasis kelas. Jenis-jenis penilaian tersebut adalah:
1. Penilaian tes tertulis: menjawab pertanyaan, memberi tanggapan, PG, isian singkat, uraian (esai)
2. Tes Perbuatan:
3. Pemberian Tugas
4. Penilaian projek
5. Penilaian produk
6. Penilaian sikap
7. Penilaian portofolio
Bertolak dari uraian tersebut, tantangan paling berat adalah mengubah pola pandang terhadap pembelajaran bahasa Indonesia. Baik dari sudut pandang siswa, guru, sekolah dan masyarakat. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan agar siswa terampil berkomunikasi. Siswa harus lebih banyak diberi kesempatan untuk berlatih berkomunikasi secara lisan maupun tertulis, secara aktif maupun reseptif. Pembelajaran bahasa tidak diarahkan pada penguasaan konsep-konsep kebahasaan atau pengetahuan berbahasa. Begitu pula untuk pembelajaran sastra tidak dibawa pada penguasaan pengetahuan sastra, tetapi langsung diajak untuk menggeluti karya sastra agar semakin mampu menikmati, memahami, dan menghayati isinya. Dengan demikian, siswa memiliki keseluruhan pengalaman terhadap materi bahasa Indonesia dan akhirnya bagaimanapun bentuk soal ujin akan bisa dijawab karena sudah di alami.
Senin, 19 April 2010
Puisi-puisi Siswa
April 19, 2010
No comments
Debora Kristin
Samosir
|
AKU BEGITU
|
Setiap kali aku mengingatmu
|
|
Perasaan itu turut membayangiku
|
|
Membawaku mengarungi masa lalu
|
|
Saat yang kumau tidak seperti inginmu
|
|
Sungguh, aku tidak ingin begitu
|
|
Tidak benar ingin membuatmu merasa
kelu
|
|
Tidak sungguh ingin melukaimu
|
|
Sungguh ingin melawan arus impianmu
|
|
Maafkan aku
|
|
Maaf sudah mengerat-ngerat setiap impianmu
|
|
Membuatmu merasa aku tidak menyayangimu
|
|
Menempatkanmu pada posisi tidak memahamiku
|
|
Marah dan berharap aku tidak seperti itu
|
|
Ayah, engkau tahu aku begitu
|
|
Tidak selalu paham aqpa maksudmu
|
|
Tidak begitu mengearti setiap maumu
|
|
Tak selalu bisa menjadi harapmu
|
|
Aku tahu,
|
|
Tempatku berpijak tidak akan sama lagi setelah ini
|
|
Tapi, sampai aku kembali lagi
|
|
Aku akan tetap begitu
|
|
Aku,
anakmu...
|
|
Fernandes M.V. W.
Pandia
|
arti kehidupan
|
suatu hari..pernah kurenungi…
|
|
adakah seorang yang
mengerti..
|
|
apakah arti
kehidupan ini…
|
|
pernah kucari arti kehidupan ini
|
|
namun yang kutemui
hanyalah mimpi..
|
|
suatu mimpi kosong
yang tak bertepi
|
|
apakah salah hati
ini
|
|
ingin mengetahui
arti hidup ini..
|
|
namun akhirnya satu hal kusadari
|
|
hanya Tuhan yang
sungguh mengerti,
|
|
tentang semua arti
kehidupan ini..
|
|
kekosongan hati ini
|
|
tidak lagi diisi
dengan benci..
|
|
tak ada yang lebih
murni
|
|
dari kesucian cinta
Ilahi
|
|
Jimmy P.Siburian
|
AKU MENCINTAI KALIAN
|
Aku mencintai kalian
|
|
Yang setia pada kesuunyian
|
|
Aku ingin menjadi bagian
|
|
Dari malam-malam kalian
|
|
Yang panjang serupa sungai
|
|
Menyentuh rasa lapar
|
|
Pada kesunyian
|
|
kita bersandar hidup
bersama
|
|
Pada kesunyian
|
|
Kita dipertemukan dalam
satu generasi
|
|
Sperti urat-urat
menyatu di dasar jantung
|
|
Seperti laut menerima
|
|
Limpahan sungai-sungai
|
|
Aku mencintai kalian
|
|
Yang setia pada
kesunyian
|
|
Menunggu bersama dalam
sebuah nada
|
|
Jatuh bangun dalam
pergelokan jiwa
|
|
Saling tanggung
menanggung duka
|
|
Kita ingin mengembara
bersama dalam cita kita
|
|
Menatap pada arah hidup
kita
|
|
Kita membawa nama
sekolah
|
|
Untuk meraih 100% itu
|
|
Dan kita bisa
|
|
Karena kita adalh
seorang pemenang
|
|
Yang akan meraihnya
|
|
Mustika Sari Sinaga
|
MENUNGGU
CAHAYA
|
Aku
berdiam diri
|
|
Merenung
dalam gelapnya ruang hatiku
|
|
Sunyi senyap hampa terasa
|
|
Mendung berhiaskan awan kelabu
|
|
Melepaskan mutiara tak semudah menggapainya
|
|
Kuingin menggapainya namun,
|
|
Tak ada jalan ke sana
|
|
Hanya puing –puing yang berserakan
|
|
Tetesan embun berjatuhan
|
|
Gemericik airdan kegaduhan di sekitarku
|
|
Tapi aku tuli ,aku buta
|
|
Tak dapatmendengar apapun,tak damelihat apapun
|
|
Hanya pedih yang kubawa lari
|
|
Matahari muncul di balik awan
|
|
Dia
datang daripersembunyiannya
|
|
Masih
ada sinar, masih ada terang
|
|
By:Mustika
|
|
Satria Seventino
Simamora
|
SENANDUNG
DI UFUK
|
Dia
|
|
Berlari.
. .
|
|
Menembus
padang ilalang
|
|
Mengejar
|
|
Sisa
cahaya fajar
|
|
Dia.
. .
|
|
Salah
|
|
Hidup
tercela
|
|
Di
setiap akhir kehidupan
|
|
Di
ujung ilalang
|
|
Sesalnya
hilang
|
|
Tetapi
terlambat
|
|
Mentari
telah tenggelam
|
|
Di
ujung padang
|
|
Tinggal
baying kelam
|
|
Yang
tenggelam
|
|
Bersama
mentari
|
|
Dan
sebuah senandung
|
|
Senandung
sesal
|
|
Yang
kekal bergema di ufuk
|
|
Bersama
munculnya rembulan
|
|
Winner Peliks
Silalahi
|
WAKTU
|
Detik
|
|
Menit
|
|
Jam
|
|
Hari
|
|
Minggu
|
|
Bulan
|
|
Tahun
|
|
Berlalu, terus berlalu
|
|
Bertambah tua sepanjang waktu
|
|
Telah lama kucoba hentikan sang waktu
|
|
Agar usia tak lagi membebaniku
|
|
Kucoba menapak kembali ke masa lalu
|
|
Namun
detak jarum terus membawaku maju
|
|
Maka aku berhenti
|
|
Tak lagi merasa ragu
|
|
Kini aku yakin dan pasti
|
|
Hadapi perjuangan yang keras laksana batu
|
|
Oh Tuhan lindungi aku
|
|
Bantu aku meraih angan dan mimpiku
|
|
Agar ketika tiba waktu
|
|
Aku bisa tersenyum dalam kuburku
|
|
Adventina Silalahi
|
IBU
|
Kadang aku tidak tahu harus mengucapkan apa
|
|
Ingin berterimakasih,
|
|
Tapi semuanya hilang entah kemana
|
|
Seperti datangnya ake ribaan
|
|
Kau membuat hidupku lengkap
|
|
Memberiku anugrah,
|
|
Dan membentukku menjadi yang terbaik
|
|
Kau orang yang menyelimutiku tiap malam
|
|
Menghentikan semua tangisku
|
|
Dan orang yang ahli dalam menelanjangi semua kebohonganku
|
|
Orang yang mengantarkanku ke sekolah
|
|
Dan melewati saat-saat sepi
|
|
Namun
dengan ajaib tersenyum
|
|
Saat
aku pulang sore hari
|
|
Kau rela berkorban untukku
|
|
Selalu mendahulukannku
|
|
Dan membiarkanku menguji sayap patahku
|
|
Meski itu menyakitkan bagimu
|
|
Yang mewarnai dunia bak pelangi
|
|
Saat dipenuhi kegagalan mimpi
|
|
Yang dengan tenang menjelaskan lagi
|
|
Saat kenyataan yang ada terbagi
|
|
Kini,cara apa yang ada untukku berterimakasih
|
|
Bagi kerelaanmu berubah bersamaku
|
|
Dan menerima semua kelemahanku,
|
|
Tidak mencintai karena terpaksa
|
|
Tapi mencintai hanya karena
|
|
Kau menjadi ibu dan sahabat bagiku
|
|
Trimakasih untuk semua anugrahmu
|
|
Trimakasih untuk semua yang kau lakukan
|
|
Karena kau membuat mimpiku menjadi kenyataan
|
|
Oleh:Adventina Silalahi
|
|
Kelas:XII IA-1
|
|
Dedi Antoni
Simanjuntak
|
Kupu-Kupu dan Rumput Liar
|
Pergilah wahai kupu-kupu
|
|
Jikalau aku tak pantas untukmu
|
|
Aku akan tetap bertahan selayaknya rumput liar
|
|
Yang akan tetap tegar
|
|
Meskipun angin menghampiriku
|
|
Yang akan tetap tumbuh
|
|
Meskipun tiada yang menginginkan
|
|
Mencoba tersenyum
|
|
Meskipun hewan menginjakku
|
|
Pergilah wahai kupu-kupu
|
|
Aku akan tetap bertahan
|
|
Selayaknya rumput liar
|
|
Grace Wald Marpaung
|
SIAPA AKU
|
Selangkah
– langkah menjauh
|
|
Selangkah
– langkah jatuh
|
|
Semakin jauh aku berlalu
|
|
Tetap kubersimpuh walau hati pilu
|
|
Selangkah – langkah pasti
|
|
Selangkah – langkah menanti
|
|
Entah sampai kapan aku begini
|
|
Meradang hati busukkan tulang
|
|
Apa yang kulakukan
|
|
Apa yang kupikirkan
|
|
Lihat.......
|
|
Dengar....
|
|
Rasakan......
|
|
Topeng
tebal ini menyiksaku
|
|
Karya
:Grace Wald Marpaung
|
|
Joel Tambunan
|
Oh,Danau Toba
|
Luasmu,kebangganku
|
|
Indahmu,panorama
bagiku
|
|
Banyak
tertarik padamu
|
|
Mungkin
karena itu
|
|
Tanah Batak,sebagai tempat
|
|
Yang
tuhamn berikan padamu
|
|
Kala
hari berganti
|
|
Kau
memancarkan suasana
|
|
Sejukkkan
hati srjukkan mata
|
|
Gunung
mrgah mrlindungi
|
|
menahan ombak tunggi
|
|
Di tengah muberdiri
|
|
Pulau Samodir
|
|
Pantaslah kau
|
|
Mrnjadi
ternama
|
|
Oh,
TUhan
|
|
Terimakasih
|
|
Rngkau
memberi kami
|
|
Danau Toba,kebanggan kami
|
|
Perkasa Wira Buana
Putra
|
Oh
bunda
|
Bila
ku ingat masa kecilku
|
|
Aku
merasakan sesuatu
|
|
Sesuatu
yang menyegarkan hatiku
|
|
Di
saat aku sedih dan terpuruk
|
|
Oh...
bunda
|
|
Apaka
engkau dewa ?
|
|
Tanganmu
lembut membelai jiwaku
|
|
Mengikis
segalanya yang palsu
|
|
Oh..bunda
|
|
Siapakah
engkau ?
|
|
Rangkaian
kata-katamu menghiasi hidupku
|
|
Menepis
penyesalan yang mengejarku
|
|
Kini,
aku tahu
|
|
Tak
ada lagi kurasakan
|
|
Tan
ganmu lembut kini menjadi layu
|
|
Hanya
tinggal kepingan-kepingan kenangan
|
|
Oh..
bunda
|
|
Kemana
semua rasa itu?
|
|
Aku
sangat rindu, rindu
|
|
Aku
tak tahu harus berbuat apa
|
|
Oh..
bunda
|
|
Bagaimana
aku membalasnya?
|
|
Kasih sayangmu tak tergantikan
|
|
Walau
segalanya kuberikan
|
|
Harapanmu,cita-citamu
dan impianmu
|
|
Akan
kuraih semuanya
|
|
Sebelum
waktu berakhir
|
|
Terima
kasih bunda
|
|
Sri Utary
|
Terdiam
|
Diam
|
|
Saat memandang anugerah ini
|
|
Anugrah
indah karya sang pencipta
|
|
Tapi
mengapa kusia-siakan?
|
|
Diam
|
|
Dalam
alur panggung kehidupan ini
|
|
Panggung
megah yang tercipta untukku
|
|
Tapi
masih kusia-siakan
|
|
Diam
dan hanya terdiam
|
|
Tuhan
bantu aku menyadari
|
|
Tanpa
harus menanti waktu itu
|
|
Hari
penyesalanku pun kan tiba
|
|
Akankah
ku sia-siakan?
|
|
Yohana M Hutabarat
|
Untukku
|
Terdiam,
|
|
aku
sendiri dalam pikirku, menunggu...
|
|
Terhenyak,
|
|
aku
tersadar dari mimipiku, mencari...
|
|
banyak
kisah berjalan di hadapku
|
|
banyak
nada bersenandung di telingaku
|
|
banyak
kata berputar di kepalaku
|
|
saat
badai datang menerpa dan topan menerjang
|
|
saat
air mata jatuh bergulir dan kaki tak sanggup lagi bertahan
|
|
aku
sendiridan tetap mencari
|
|
dunia
begitu berisik dan mengganggu
|
|
mereka
hanya sanggup bicara tanpa berbuat
|
|
aku
sendiri dan tetap mencari
|
|
Kau
datang dan menyentuh hidupku
|
|
dengan
sederhana Kau ubah mimpiku
|
|
dengan
lembut Kau segarkan jiwaku
|
|
kini
kuyakin ku tak akan sendiri lagi
|
|
karena
Kau ada di sini
|
|
untukku...
|
|
Arfiandi Nainggolan
|
Lari
Pagi
|
Matahari
terbit di ufuk timur
|
|
Menyambut
indah pagi nan cerah
|
|
Aku
terbangun dari tidurku
|
|
Meninggalkan
mimpi yang begitu indah
|
|
Kukayuh
langkahku satu per satu
|
|
Perlahan
tapi pasti
|
|
Walau
penat bercucuran membasahi tubuh
|
|
Aku
tetap melesat berlari
|
|
Buka
mata, buka hati
|
|
Dengan
lari pagi tak kukenal lagi letih
|
|
Penyakit
seakan enggan menghampiri
|
|
Hidup
sehat jadi teman sejati
|
|
Karya
: Arfiandi Nainggolan
|
|
Dian Pusipita Sari
Zendrato
|
TAK
PERNAH
|
Tak
pernah dengar serak suara itu
|
|
Acuh
tak acuh dengan derap itu
|
|
Tak
pandang berbagai kerut
|
|
Tak
pedulikan peluh yang jatuh
|
|
Bukan
salah hanya sendiri
|
|
Bukan
mau tak dapat semua
|
|
Bukan
ingin semua terjadi
|
|
Tak
dapat dipungkiri
|
|
Hanya
takdir terjadi semua
|
|
Tak
autis hanya lari
|
|
Tak
tahu apa di balik semua
|
|
Tak
terlihat tak mau tahu
|
|
Hanya
coba dunia sendiri
|
|
Tanpa
tahu sakitnya hati
|
|
Apa
daya selalu terjadi
|
|
Sesal
yang datang di akhir
|
|
Sadari
apa yang sebenarnya
|
|
Seikat
bunga tergenggam
|
|
Tergenang
darah tobat yang mendahului
|
|
Dan
tak pernah sampai
|
|
Ke
tangan yang terkasih
|
|
Gunawan P.S.Hutahean
|
PERJUANGAN
UNTUK SEBUAH PENANTIAN
|
Jalan…
berjalanlah
|
|
Berjalanlah
dalam setiap waktu dan ruang
|
|
Lewat…
lewatilah
|
|
Lewatilah
setiap halangan dan getir
|
|
Daki…
dakilah
|
|
Dakilah
setiap bukit dan taklukkanlah setiap tantangan
|
|
Panjat…
panjatlah
|
|
Panjatlah
setiap pohon, batang, sampai puncaknya
|
|
Lari…
larilah
|
|
Larilah
dan kejarlah bintangmu
|
|
Sebuah
titik bersinar terang
|
|
Sebuah
titk yang mempesona
|
|
Terpancar
bagai pelita dalam ruangan kosong yang gelap
|
|
Gundah…
risau… pikiran melayang jauh tak tentu
|
|
Tertegun
sejenak… dan berkata
|
|
Jangan
menyerah…
|
|
Ayunan
langkah… terhenti
|
|
Terhanti
perlahan… diam
|
|
Sudah…
|
|
Sudah
sampai
|
|
Terima
kasih Tuhan untuk sebuah penantian ini
|
|
Juniana Pasaribu
|
Kenangan
|
Detik
demi detik kian berlomba dengan cepat
|
|
Berlari
terus dan tidak mau kembali
|
|
Bergerak
bersama menit,jam,bulan,bahkan tahun
|
|
Meninggalkan
diriku bersama kenangan kita
|
|
Persahabatan
dirajut selama tiga tahun
|
|
Denga
beragam corak yang menghiasinya
|
|
Beraneka
warna yang membuatnya menjadi hidup
|
|
Tertera
di setiap insan yang mengaguminya
|
|
Fondasi
yang dibentuk bersama
|
|
Dengan
angan-angan ,usaha dan cita-cita kita
|
|
Berdiri
kokoh
|
|
Denagn
kesempurnaannya
|
|
Ingin
rasanya memutar kembali
|
|
Lembaran
kenangan yang dimakan waktu
|
|
Berharap
kita kan bertatap muka kembali
|
|
Dengan
cita-cita cerah di tangan kita
|
|
Nama
: Juniana Pasaribu
|
|
Pretyy Yuniarti E.
Sipayung
|
AKU PERCAYA
|
Pretty Sipayung
|
|
Aku
memang belum mengenal diriMu
|
|
Aku
belum pernah berbicara denganMu
|
|
Bahkan
belum pernah melihat rupaMu
|
|
Tapi,
ada sesuatu yang berbisik di hatiku
|
|
Mengatakan
bahwa kita sudah lama mengenal
|
|
Aku
heran darimana bisikan itu berasal
|
|
Mengapa
mendengarnya membuat hatiku yakin akan bisikan itu
|
|
Tapi
keherananku mendorong diriku untuk mengenalMu lebih jauh
|
|
Aku
mulai dengan membaca tentang buku yang Kau buat
|
|
Tentang
cerita dan kisah yang Kau ciptakan
|
|
Kau
sungguh ajaib
|
|
Hal
ini membuatku menaruh kepercayaanku kepadaMu
|
|
Aku
yakin akanMu
|
|
Mungkin
orang akan bingung melihat diriku
|
|
Bercerita
kepada sesosok yang tak kelihatan
|
|
Tapi
hal ini tidak membuatku menjadi malu ataupun meninggalMu
|
|
Bahkan
aku semakin yakin
|
|
Untuk
menceritakan semua tentang diriku kepadaMu
|
|
Cerita
dan rahasia yang ibu dan ayahku pun tak tahu
|
|
Bahkan
mungin tanpa kusadari Kau lebih mengenal diriku
|
|
Kau
lebih mengenal pribadiku
|
|
Sampai
lubuk hatiku yang terdalam
|
|
Dan
hanya satu yang kutahu
|
|
AKU
PERCAYA kepadaMu
|
|
Sriati Monalisa
Siahaan
|
MAAF,
PAPA
|
Aku
takut
|
|
Takut
untuk menghubungimu papa
|
|
Takut
bila kau marah lagi
|
|
Takut
pada semua luapan emosimu
|
|
Maaf
papa
|
|
Mungkin
hanya itu yang bisa kuucapkan sekarang
|
|
Saat
semua usahamu
|
|
Seakan
terbuang tanpa hasil
|
|
Tapi
papa
|
|
Ini
bukan akhir dari segalanya
|
|
Bukan
akhir dari apa yang ingin kutunjukan padamu
|
|
Maaf
bila kau marah
|
|
Maaf
bila aku tak seperti apa yang kau inginkan
|
|
Aku
hanya bisa bilang
|
|
Semua
ini belum selesai papa
|
|
Ada
sesuatu yang ingin kutunjukkan padamu
|
|
Sesuatu
yang lebih dari apa yang kau harapkan dariku
|
|
Yosafat Try Fajar
|
Bangkit
pemuda Indonesia
|
Hai
pemuda pemudi INDONESIA
|
|
Pejuang
bangsa dan negara
|
|
Mari
melangkah, maju terus pantang mundur
|
|
Bangkit
dari kemalasanmu
|
|
Lihat
dan lihatlah
|
|
Sadar
dan sadarlah
|
|
Engkaulah
harapan ibu pertiwi
|
|
Tanah
air tercinta, Indonesia
|
|
Hai
pemuda pemuda INDONESIA
|
|
Sambut
hari esok yang menanti engkau
|
|
Penuh
tantangan, dan juga harapan
|
|
Untuk
esok yang lebih baik
|
|
Bangun
dan bangkitkanlah dirimu
|
|
Kobarkan
semangatmu yang membara
|
|
Jiwa
dan ragamu penuh kerja keras
|
|
Meraih
cita dan harapan
|
|
Yosafat
Sm.Song
|
|
Berman Daniel Sinaga
|
SUNYI
|
Oleh
: Berman Danyel Sinaga
|
|
Saat
kumasuk ruang itu
|
|
Sunyi……
|
|
Sebuah
kursi mempersilahkanku duduk
|
|
Kumeratap
sunyi……..
|
|
Malam
itu kucoba mengusirnya
|
|
Sunyi……
|
|
Jarum
jam saling menindih
|
|
Dan
memukul gong dalam peti
|
|
Semakin
sunyi…….
|
|
Alunan
lagu pohon meranti
|
|
Mencoba
tuk menghibur hati
|
|
Tetapi
sunyi….
|
|
Angin
menerpa bulu kudukku tegak
|
|
Seakan
menyuruhku berdiri tegap
|
|
Tetapi
tetap sunyi….
|
|
Lambaian
tirai mengajakku lari
|
|
Mari
keluar dari
|
|
Sunyi….
|
|
Tetapi
tak ada yang bisa
|
|
Jika
hati ini tak terbiasa
|
|
Maka
terasa sunyi…
|
|
Kuberdiri
disini dengan kekuatan hati
|
|
Mencoba
untuk tidak lari
|
|
Untuk
melawan semua
|
|
Sunyi…..
|
|
Duli Asih Siregar
|
Hidupku
di tanganMu
|
Hidupku
adalah sesuatu
|
|
Yang
selayaknya aku perjuangkan
|
|
Banyak
duka dan suka yang telah aku jalani
|
|
Kadang
terasa sakit seluruh badanku
|
|
Berjalan
di atas kerikil
|
|
Melukaiku………..
|
|
Sering aku bertanya
|
|
Walau di hati saja,
|
|
Apakah ini takdirku?
|
|
Apakah ini yang telah
direncanakan
|
|
Untuk aku jalani
|
|
Ini dilemaku
|
|
Yang aku tahu
|
|
Sejuta
mimpi dan harapan
|
|
Telah
aku gantungkan
|
|
Aku
ingin meraih cakrawala
|
|
Terbang
bebas di angkasa
|
|
Ingin
lupakan kehidupan
|
|
Yang
sejatinya maya
|
|
Ini hidupku
|
|
Aku tahu bak sebuah roda
yang berputar
|
|
Kadang di atas Kadang di
bawah
|
|
Yang aku tahu
|
|
Sering di bawah,
jarang di atas
|
|
Aku………
|
|
Ini
hidupku aku tahu
|
|
Tak
bisa hanya pasrah begitu
|
|
Yang
aku tahu ada yang bisa kuandalkan
|
|
Untukku
|
|
Untuk
masa depanku
|
|
Untuk
cita-citaku
|
|
Aku
mengharapkan KasihMU…
|
|
Hary Rejky Hasugian
|
PENANTIAN
|
Telah
lama engkau meninggalkanku
|
|
Jauh
di sana tuk impianmu
|
|
Kebersamaan
yang dulu tlah dibawa waktu
|
|
Entah
keman aku tak tahu
|
|
Sejuta laksa rasa enggan di hati
|
|
Tak
menutup rasa rindu dalam diri
|
|
Ingin
ku ungkapkan sebagai curahan hati
|
|
Namun
aku hanya sendiri di sini
|
|
Mungkin
ini adalah sebuah kebodohan
|
|
Mungkin
ini adalah kesia-siaan
|
|
Tapi
yang pasti ini adalah sebuah penantian
|
|
Ya…..penantian
|
|
Penantian
buat engkau yang telah lama pergi
|
|
Penantian buat engkau yang
tersimpan dalam hati
|
|
Penantian
hanya untuk engkau….
|
|
Sahabatku….
|
|
Lumban Benget Hutajulu
|
CITA-CITA
|
Kucoba
memandang jauh ke depan
|
|
Meragukan
hati melemahkan jiwa
|
|
Nun
jauh di depan sana
|
|
Terhampar
harapan dan tujuan hidup
|
|
Segala perbuatan dan
usaha kulakukan
|
|
Bercucur keringat,
menguras tenaga
|
|
Setiap jengkal yang
kulalui
|
|
Memberikan makna yang
cukup berharga
|
|
Oh.
. .aku ragu apakah aku mampu
|
|
Mencapai
titik akhir tujuanku
|
|
Setiap
masalah datang menghadang
|
|
Kuhadapi
dengan segenap jiwaku
|
|
Pedih, sakit, kurasakan
|
|
Menimbulkan luka sukma
|
|
Tetapi aku tidak peduli
|
|
Aku tetap teguh melangkah
|
|
Hingga kugapai
cita-citaku
|
|
Rio Putra Vansidik S.
|
Masa
Depan
|
Wahai
pelajar
|
|
Anak-anak
bangsa
|
|
Ingatlah engkau mimpimu itu
|
|
Mimpi
indahkah itu
|
|
Mimpi
itu adalah masa depanmu
|
|
Mimpi itu adalah kebahagiaanmu
|
|
Maukah
kamu mewujudkannya?
|
|
Ataukah
hanya melihat di dalam tidurmu ?
|
|
Gapailah
mimpi itu
|
|
Bangkitlah
dari tempat tidurmu
|
|
Segera
lihatdan wujudkan itu
|
|
Sebelum
laut menenggelamkan mataharimu
|
|
Sumindak Roy Rafael
Gultom
|
Masa
Depan
|
Manusia seperti kita
|
|
Tak akan pernah melepas
mimpinya
|
|
Karena bagi kita mimpi
adalah sebuah taman indah
|
|
Tempat menanam benih
harapan dan menempatkan cita-cita
|
|
Teman……
|
|
Jalan hidup memang selalu
bersembunyi dibalik misteri
|
|
Dan tidak akan ada
satupun diantara kita yang mengerti
|
|
Apa yang akan disajikan hari esok dibalik
kenyataan
|
|
Kesejatiankah atau
keabadian
|
|
Ayolah teman…….
|
|
Kita berkeras dan
bersiap
|
|
Menyongsong hari esok
|
|
Mencari akhir dari sebuah
jalan
|
|
Demi cita cita
|
|
Karena aku yakin
|
|
Kebahagiaan sedang
menunggumu
|
|
Yoshua Crisanto
Valentino
|
Mimpi
|
Pagi
itu
|
|
Beliau
men gajar
|
|
Dengan
suara lembut
|
|
Ditemani
hujan yang mengalir deras
|
|
Ditambah
cuaca dingin
|
|
Aaaahhh...
|
|
Tak
kuasa aku menahan beratnya pelupuk mata
|
|
Tiba-tiba
|
|
Sampailah
aku di satu gunung salju
|
|
Betapa
senang hatiku meluncur di atas salju
|
|
Braaakkk...
|
|
Terjatuh
aku dari seluncuranku
|
|
Ha
....ha...ha...
|
|
Terdengar dari seantero kelas
|
|
Merah
mukaku
|
|
Aaahhh.....
|
|
Mimpi
oh... mimpi
|
|
Yoshua
Hutagalung
|
|
Cindy Emil Simanjuntak
|
‘kosong…’
|
Aku
bingung…
|
|
Kutatap
lembaran dihadapanku
|
|
Putih
bersih,tiada bernoda
|
|
Seakan
memanggilku
|
|
Memaksaku
mengisinya…
|
|
Kupaksa
otakku…
|
|
Berpikirlah…pintaku…
|
|
Tapi
tetap saja…
|
|
Saat
kutatap lembaran itu…
|
|
Masih
kosong tiada berubah…
|
|
Kutatap
sekelilingku,mencoba menginspirasi diriku
|
|
Aku
semakin bingung…
|
|
Kekosongan
lembaranku menjalar ke otakku
|
|
Semakin
kosong…
|
|
Kutatap
lembaranku lagi
|
|
Tetap
tak berubah…
|
|
Apa
yang kau rasakan?
|
|
Kata
kunci itu kembali menari-nari di otakku
|
|
Apa???
|
|
Kutanya
diriku…tetap saja…
|
|
Lembaran
itu masih kosong…
|
|
Waktu
semakin sempit…
|
|
Aku
semakin dipaksa ‘tuk mengisi
|
|
Kekalutan
meliputiku,penuh ruang kosong…
|
|
Mereka
semakin cepat,semuanya mendesakku
|
|
Tapi
tak dapat kutahan..
|
|
Aku
semakin tertinggal…
|
|
Tak
ada yang berubah
|
|
Penaku
masih terdiam..
|
|
Lembaranku
tak tersentuh…
|
|
Masih
kosong…
|
|
Ini
begitu menyulitkanku…
|
|
Seakan
mengerti diriku
|
|
Dia
pun terdiam..
|
|
Sendu..
|
|
Tak
lagi memaksaku…
|
|
Aku
terdiam…dalam kekosonganku…
|
|
Oleh.
Cindy Simanjuntak
|
|
Kelas:
XII IA1
|
|
Erika lusiani Sinaga
|
Realita
|
Kala
itu gerimis
|
|
Genangi
rerumputan yang kian menipis
|
|
Mengikis
miriskeindahan
|
|
Ciptakan
luka yang semakin mendalam
|
|
Ingin
mata ini kupejam
|
|
Musnahkan
memori tersisa
|
|
Tak
ingin kudihantui bayang-bayang
|
|
Semenjak
sang gelap datang
|
|
Sementara
sinar temaram mulai menyusup
|
|
Hadirkan
pahit yang kembali mengusik
|
|
Hingga
aku tergoda aku tuk kecap manisnya
|
|
Dan
kini tersadar kuterpekur
|
|
Lalu
kutengadahlangit yang kian gelap
|
|
Dan
semilir angin berbisik lirih di telingaku
|
|
Tak
cukup awan tebal penuhi cakrawala
|
|
Sang
mentaripun meredup
|
|
Namun
ia telah berjanji kepadaku
|
|
Akan
muncul sang bulan tuk temani sepiku
|
|
Dan
ada bintang-bintang tebarkan kedamaian
|
|
Kelamnya
malam takkan usik estetika
|
|
Dinginya
tak bisa bekukan hangatnya rasa
|
|
ia
akan leburkan kerinduan akan logika
|
|
Bukan
fatamorgana tetapi realita
|
|
ERIKA SINAGA
|
|
Hendrik Lumbantoruan
|
Punggung
Anak Bangsa
|
Jangan
pejamkan matamu
|
|
Jangan
kau tutup telingamu
|
|
Jangan
kau seakan membisu
|
|
Jangan
kau duduk diam dan lesu
|
|
Karena
telapak kaki masih di tanah
|
|
Banyak
mata yang masih basah
|
|
Banyak
cacing perut yang ingin pindah
|
|
Dan
raga kadang basah kadang gerah
|
|
Kawan,
sekarang memang masih pagi
|
|
Namun
sudah menjelang siang
|
|
Masih
ada waktu untuk berlari
|
|
Mengejar
mimpi yang menantang
|
|
Lawan
pecundang bermulut manis namun sadis
|
|
Jangan
biarkan ibu pertiwi menangis
|
|
Tanah
air tidak boleh terkikis
|
|
Kan
kupertahankan sampai darahku habis
|
|
Mader Hasugian
|
LINGKUNGAN
ASRAMAKU
|
Tempatku
asarama yayasan soposurung
|
|
Indah
tampaknya di bawah gunung
|
|
Banyak
siswa-siswi merenung
|
|
Menatap
masa depan di langit ujung
|
|
Setiap
hari kami senam pagi
|
|
Membangkitkan
semangat jasmani
|
|
Bunga
disekelilingku ditata rapi
|
|
Memberi
gambaran hidup nanti
|
|
Kegiatan
kami lewati dengan semanangat
|
|
Menghilangkan
siswa-siswi dari pikiran jahat
|
|
Inilah
lingkunganku yang tepat
|
|
Soposurung
yang jaya dan penuh amanat
|
|
Oh
asaramaku
|
|
Kan
kukenang kau slalu
|
|
Nama;
Mader Hasugian
|
|
Kelas;XII
IA1
|
|
Riwan F.Bintang
|
Pengorbanan
bunda
|
Ketika
cahaya langit
|
|
Tertutup
oleh awan…
|
|
Hati
resah ingat bunda…
|
|
Gelap
akan hadir temaninya.
|
|
Terdengar
olehku suara bisikan
|
|
Angin
ribut sebagai tanda
|
|
Dan
butir air berebut turun
|
|
Sedang
kilat tertawa seakan penguasa..
|
|
Gemuruh
membangunkan aku
|
|
Bayangan
bunda hadir dalam benakku
|
|
Dimana
dan apa yang bunda lakukan sekarang?
|
|
Detak
jantung semakin berdetak cepat
|
|
Meski
lapisan selimut menutupiku
|
|
Dingin
masih menusuk hingga sumsum tulangku
|
|
Lalu
bagaimana dengan bunda?
|
|
Diluar
menjelajah dunia demi masa depanku
|
|
Hanya
berlapiskan kain basah
|
|
berjalan
dengan keringat bercampurkan hujan
|
|
bunda..pengorbananmu…
|
|
akan
menjadi api dijiwaku..
|
|
Togu Manata Naipospos
|
MIMPI
|
Hari
|
|
Minggu
|
|
Bulan
|
|
Kulalui
disini
|
|
Menggali
sesuatu yang katanya ilmu
|
|
Datang
pergi setiap hari
|
|
Diikuti
mimpi-mimpi semu
|
|
Kulalui
hari ini sama
|
|
Dengan
acuh yang ada padamu
|
|
Dengan
riang bersama dia
|
|
Tanpa
ada yang sadar mimpimu
|
|
Kugali
saja semua
|
|
Menunggu
apa yang akan terjadi
|
|
Mimpi
itu selalu saja melintasi jiwa
|
|
Menuggu
raga mewujudkan mimpi
|
|
Bagiku
ini adalah kewajiban
|
|
Yang
memang harus aku hidupi
|
|
Ini
adalah pengorbanan
|
|
Untuk
mata air mimpi yang aku cari
|
|
David Fernando
Napitupulu
|
Inilah Aku
|
Terkadang
smua bagaikan tak terjadi
|
|
Terkadang
rasa seperti ada
|
|
Dan
terkadang rasa bagaikan tak ada
|
|
Aku
tak dapat melampiaskan untaian kata-kata perihku
|
|
Aku
tak percaya kau sadar akan senandungku ini
|
|
Bibirmu
bilang kita satu jiwa
|
|
Tapi
nyatanya apa???
|
|
Sakit
di sanubariku
|
|
Perih
sampai ke jiwaku
|
|
Membuat
aku hanya terbungkam
|
|
Menahan
sendiri sebagai tumbal
|
|
Sahabat....
|
|
Aku
ingin semua rangkaian kata-kamu terjadi
|
|
Seperti
apa yang telah terucap oleh bibir kita
|
|
Kita
satu jiwa
|
|
Kita
sati hati
|
|
Kita
satu
|
|
Apakah
kau sadar?
|
|
Tiap
untaian kata dari kedua lembar bibirmu?
|
|
Jangan
hanya pandai bertutur
|
|
Jangan
lagi menganggapku mangsa bagimu...
|
|
Karena
aku dan kau sama...
|
|
Kau
tertawa saat aku jatuh
|
|
Kau
terkadang tak sadar
|
|
Kau
menghiraukan tiap sisi kehidupanku
|
|
Mungkin
aku tak layak terseli diantara lembar hatimu
|
|
Mungkin
aku tak cukup adanya
|
|
Tapi
pernahkah kau berpikir sekilas akan kehidupanku?
|
|
Saat
ini aku bagai sebatang kara tanpa kamu
|
|
Sahabatku...
|
|
Hari-hari
berlari dan tak terhentikan
|
|
Kita
akan berpisah tuk sementara
|
|
Ingatlah
aku sebagai penyelip dalam lembar hatimu
|
|
Jangan
pernah lupakan aku...
|
|
Sahabatku....
|
|
Fandi Aro Simanjuntak
|
Masih Pagi
|
Hari
masih pagi
|
|
Hati
terbangun raga tersentak
|
|
Otak
bertolak ,jiwa terbelalak
|
|
Kenapa?
|
|
Hari
masih pagi
|
|
Tertegun
dalam otak normalku
|
|
Hari
yang lalu jahat darimu
|
|
Ragamu
memanen di antara
|
|
Banyak
yang menanam
|
|
Ragamu
membuang diantara
|
|
Banyak
yang menimba
|
|
Padaha
Hari masih pagi
|
|
Tenggelam,
|
|
Tenggelamlah
kamu jika tak sadar
|
|
Tenggelam
dalam neraka bumi ini
|
|
Tenggelam
dalam jahat hatimu
|
|
Di
hari sore nantimu
|
|
Hari
masih pagi
|
|
Kerahkan jiwa ragamu
|
|
Singsingkan
bajumu,raih bekalmu
|
|
Untuk
sore dan malam hari nantimu
|
|
Karena
hari masih pagi
|
|
Fandi
aro
|
|
Ivani Juni Nainggolan
|
CINTA
YANG TAK PERNAH HILANG
|
Bila
langit kosong
|
|
Dan
bumi tak bermakna
|
|
Hanya
ada satu kasih yang tak hilang
|
|
Kasih
seorang mama
|
|
Dikala
lembing mendesing
|
|
Kau
datang menjadi karang penjaga
|
|
Dikala
jemari ini tak mampu bergeming
|
|
Ada
kekuatan yang hadir dari genggam tanganmu
|
|
Tak
pernah wajah ini kau biarkan murung
|
|
Selalu
kau hadirkan kilau senyum diwajahmu
|
|
Mama...
|
|
Setiap
warna nafasmu
|
|
Tak
lupa kau bagikan untukku
|
|
Menjadi
cermin hidupku
|
|
Agar
aku bisa seperti mu
|
|
Terima
kasih mama...
|
|
Untuk
cinta yang tek pernah hilang
|
|
Untuk
kasih yang selalu hadir
|
|
Tak
cukup seribu bahasa
|
|
Untuk
ucapkan rasa ini
|
|
Tapi
akan kucoba menuliskan sesuatu dan berdoa untukmu
|
|
By
: ivani nainggolan
|
|
Mey Merry Sidauruk
|
AKU INGIN KEMBALI
|
Di
jalan sepi dia berjalan
|
|
Menelusuri
setiap liku
|
|
Meraba
– raba dindingnya di kegelapan
|
|
Mencari
setitik cahaya
|
|
Telah
lama ia tersesat
|
|
Karena
dunia buatannya
|
|
Ia
tutup matanya
|
|
Hidup
dalam khayalannya
|
|
Ia
tutup mulutnya
|
|
Hidup
dalam bungkam
|
|
Ketika
cahaya meninggalkannya
|
|
Khayalannya
pun mengusirnya
|
|
Ia
coba buka matanya
|
|
Namun
matanya telah kaku
|
|
Ia
coba berteriak
|
|
Namun
ternyata ia bisu
|
|
Ia
nyaris tergeletak
|
|
Tapi
akhirnya dia bertelut
|
|
Di
hatinya bergema
|
|
TUHAN
aku ingin kembali
|
|
Karya
:mey merry sidauruk
|
|
Rodyan Tambunsaribu
|
Indahnya Persahabatan
|
Tiada mutiara sebening cinta..
|
|
Tiada sutra sehalus
kasih sayang..
|
|
Tiada embun sesuci
ketulu hati..
|
|
Dan tiada hubungan
seindah persahabatan..
|
|
Sahabat bukan
|
|
MATEMATIKA yang dapat dihitung nilainya..
|
|
EKONOMI yang mengharapkan
materi..
|
|
PPKN yang dituntut
oleh undang-undang..
|
|
Tetapi
|
|
Sahabat adalah SEJARAH yang dapat dikenang
sepanjang masa.
|
|
Triasni Marcarey Lira
Sibarani
|
BUNDA
|
Bola
matanya tidak bersinar
|
|
Tidak
juga berpendar ke angan
|
|
Namun
saat angin menghantar
|
|
Tak
gentar semua tenang
|
|
Saat semuanya terlihat samar
|
|
Segala
angan terlantar di lembah
|
|
Darah
mengalir deras
|
|
Sekejap
sejuk air menderu
|
|
Saat
jantung berdetak kencang
|
|
Benak
ini terlihat ragu
|
|
Rentangan
tangan
|
|
Mampu
menelan remuknya angan
|
|
Saat
angin menghantar api
|
|
Segalanya
terdengar sunyi
|
|
Lubuk
hati terdalam
|
|
Meredam
tanpa ke lembah
|
|
Bahagiaku
tiada tara
|
|
Mendapat
anugerah terindah
|
|
Yang
menatap segala rasa
|
|
Hingga
angan berhenti bernafas.......
|
|
TRIASNI
SIBARANI
|
Langganan:
Postingan (Atom)