Aldon

Samosir

Aldon Samosir

Guru dari Kampoeng

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 18 Mei 2010

Mengapa Ketidaklulusan UN 2010 lebih banyak pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia?

Sebagai guru bahasa Indonesia saya sedikit malu dan tersentak dengan ungkapan Bapak Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh Senin (26/4/2010) yang menyampaikan bahwa kebanyakan peserta UN SMA/MA 2010 yang mengulang adalah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Biologi. Saya merasa bahwa pengumuman bapak menteri seakan terju pada profesi saya sebagai guru bahasa Indonesia, meskipun pada sekolah tempat saya bertugas tidak ada siswa yang tidak lulus pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
Lantas di mana letak masalahnya sehingga semua ini bisa terjadi ?. Menurut penulis, peyebabnya ada beberap hal diantaranya adalah: .
1. Motivasi anak-anak kita untuk mempelajari bahasa Indonesia, tidak sekuat untuk mempelajari bahasa lain seperti bahasa Inggris, Jepang, Korea, Mandarin dan sebagainya. bahasa asing dianggap sebagai bahasa yang menjanjikan masa depan cerah, terutama dalam prospek dunia kerja. Alasan ini memang sangat logis, karena untuk kepentingan interaksi dengan dunia luar dan pergaulan internasional, penguasaan bahasa asing merupakan hal yang mutlak. Dunia kerja, selalu menjadikan kemampuan bahasa asing sebagai salah satu persyaratan utama dalam menerima calon pekerja atau karyawan.
2. Pengajaran bahasa Indonesia di sekolah masih dianggap sebagai media menanamkan pengetahuan bahasa. Pandangan ini sangatlah keliru menurut kurikulum berbasis komptensi dan KTSP. Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi. Komunikasi adalah proses penyampaian maksud dengan menggunakan saluran tertentu. Maksud komunikasi dapat berupa pengungkapan pikiran, persetujuan, keinginan, penyampaian informasi tentang suatu peristiwa, dan lain-lain. Hal itu disampaikan dalam aspek kebahasaan berupa kata, kalimat, paragraph, ejaan dan tanda baca dalam bahasa tulis. Sedangkan dalam bahasa lisan perlu diperhatikan unsur prosodi (intonasi, nada, irama, tekanan, tempo)Dalam berkomunikasi ada pihak penyampai dan penerima pesan. Kedua pihak itu harus bekerja sama agar proses komunikasi berlangsung dengan baik. Kerjasama itu diciptakan dengan memperhatikan factor yang mempengaruhi proses komunikasi yaitu siapa yang diajak berkomunikasi, situasi, tempat, isi pembicaraan, dan media yang dipergunakan.
3. Kesalahan penilaian. Salah satu komponen penting dalam proses pembelajaran adalah penilaian. Penilaian memiliki berbagai macam tujuan dan cara. Beberapa tujuan atau fungsi penialaian yaitu mengevaluasi program pembelajaran, menganalisis keberhasilan peserta didik, mengidentifikasi kemungkinan terjadi kesalahan konsep, dan memberi umpan balik kepada guru. Berbagai cara penilaian terus dikembangkan untuk mendapatkan jenis penilaian yang paling efektif. Salah satunya adalah penilaian berbasis kelas (class room based assessment). Penilaian yang menggunakan acuan dan standar ini membutuhkan informasi yang otentik, variasi, dan luas dari setiap peserta didik. Untuk keperluan ini Guru perlu menghimpun fakta-fakta dan dokumen berlajar yang diperoleh melalui observasi, portofolio, projek, produk, interview, dll. Untuk mendapatkan informasi yang akurat dan objektif, guru perlu melengkapi diri dengan format penilaian.Penilaian berbasis kelas dilakukan Guru pada saat proses pembelajaran, baik di dalam maupun di luar ruang kelas. Penilaian berbasis kelas merupakan penilaian internal yang menjadi bagian integral dari penilaian eksternal oleh pihak luar sekolah. Selain dapat berfungsi sebagai bahan pertimbangan penentuan kenaikan kelas, juga berfungsi untuk umpan balik guru, alat motivasi peserta didik, juga berfungsi sebagai alat evaluasi dan intropeksi diri peserta didik terhadap kompetensi yang telah dicapai.
Pada dasarnya tidak ada satu pun alat / jenis penilaian yang tepat digunakan untuk setiap kompetensi yang diukur. Karena itu, Guru harus mengembangkan dan memberdayakan macam-macam jenis penilaian yang dapat dipergunakan dalam penilaian berbasis kelas. Jenis-jenis penilaian tersebut adalah:
1. Penilaian tes tertulis: menjawab pertanyaan, memberi tanggapan, PG, isian singkat, uraian (esai)
2. Tes Perbuatan:
3. Pemberian Tugas
4. Penilaian projek
5. Penilaian produk
6. Penilaian sikap
7. Penilaian portofolio

Bertolak dari uraian tersebut, tantangan paling berat adalah mengubah pola pandang terhadap pembelajaran bahasa Indonesia. Baik dari sudut pandang siswa, guru, sekolah dan masyarakat. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan agar siswa terampil berkomunikasi. Siswa harus lebih banyak diberi kesempatan untuk berlatih berkomunikasi secara lisan maupun tertulis, secara aktif maupun reseptif. Pembelajaran bahasa tidak diarahkan pada penguasaan konsep-konsep kebahasaan atau pengetahuan berbahasa. Begitu pula untuk pembelajaran sastra tidak dibawa pada penguasaan pengetahuan sastra, tetapi langsung diajak untuk menggeluti karya sastra agar semakin mampu menikmati, memahami, dan menghayati isinya. Dengan demikian, siswa memiliki keseluruhan pengalaman terhadap materi bahasa Indonesia dan akhirnya bagaimanapun bentuk soal ujin akan bisa dijawab karena sudah di alami.