RASA SYUKUR
Abe Dongan Inguer Christian
Ujung bumi tak terukur oleh matamu
Cukup kembali,ingatkan tangan kita
Luapan besar terselubung diaras rahmat-Nya
Hai! Kamuorang lemah
Tataplah romansa akan indahya tanah air kita
Terangsang akan pagi mulai merajut hari
Akan banyak hapus hari kelam
Sekarang! Inilah waktumu
Tak terhitung harganya,esok t’lah dibangun
Meenun niat tuk berdoa
Tanpa ada dengungan pikiran menodai
Tuk melebarkan hati, sebar sukacita
Rumpun nyawa bertelut
Sujud diatas tanah begitu kotor
Tak kurung niat mengangkat tangan
Menyembah dan tunduk kepala
Menghadap-Mu atas hujan rahmat karunia
Merimpun dalam kesukaan hati
Terima kasih dari anak-Mu
Lepas pena kedosaan
Tuk menggantinya dengan jubah berlambang
Bersih tak beroda menyelimut raga
Di bumi, tanah tak ada ruang bagi-Mu
Rindu Ayah
Dwi Pebrianto Sihombing
Secercah cahaya hamburkan kegelapan malam
Sekeping embun membelai lembut keriputmu
Semuanya menggugah lelap lelahmu
Kau harus memulai hari ini untuk kami
Hujan ini hempaskan daratan di bumi
Tapi hujan ini tak hilangkan semangatmu
Laut biru tempat berteduh si ikan karang
Kau menjaga kamu dalam karang tuamu
Kini aku t’lah jauh darimu
Aku dalam perjalanan hidup masa depanku
Kau menuntun semangatku tuk melangkah
Tutur harapmu masih tergiang di telingaku
Ayah,
Inginku ambil semua beban di pundakmu
Semua peluhmu ‘kan ku usap
Semua harapmu adalah tugasku
Ku inginkan senyum hangat Ayah
Angin, titip rindu buat Ayah
Sampaikan isi hati ini
Wahai langit jagai ayah di kampung
Di perantauan ini anakmu kan terus melangkahkan harapmu
Sejuta salam
Sejuta kasih
Sejuta cinta dan
Sejuta rindu ini buat Ayah
AKU DAN KAU
Grace Theresia Sihotang
Engkau kembali membuatku tertegun
Sekali lagi kau buat aku menangis
Kesekian kalinya aku merasa sakit
Mengapa kau meninggalkanku?
Membiarkanku merana seperti ini
Aku begitu membencimu
Kau selalu membuat aku sakit
Member pukulan yang tertubi-tubi
Seolah sedang mempermainkanku
Apakah kau membenciku seperti aku terhadapmu?
Apakah kau pernah menganggapku ada?
Apakah kau mau memberiku kesempatan?
Mengapa engkau seolah tertawa
Dan menganggapku tidak penting?
Apakah engkau yang salah
Atau mungkin diriku yang terlalu sok
Seringkali mengabaikanmu?
Aku janji akan berusaha
Untuk lebih menghargaimu
Tapi tolong beri aku kesempatan
Aku tidak ingin menangis lagi
Waktu dengarkan aku…
UNTUK SEBUAH KEINGINAN IBU DAN AYAH
Iyain Sihombing
Dikalau hari menjelang terang
Sang surya akan mengintip di seberang bukit
Hari masih sunyi dan dingin
Zamrud berkuasa menutupi keheningan malam
Engkau selalu tahu waktu
Ibarat matahari akan bersinar pada waktunya
Membagi kehangatannya kepada kehidupan
Kehidupan yang dingin dan gelap
Tersentak aku menutup dunia mimpi
Menumpukan kedua telapak kaki ke bumi
Melangkah perlahan demi perlahan
Melanjutkan waktu yang tidak bisa kembali
Dengan berbekal semangat dan perlengkapanmu
Engkau berangkat menuju kerja
Meskipun dingin menyerangmu dan jalan yang masih kau raba
Tetapi tekad sudah kamu tanam
Sekalipun rambut mulai putih
Tubuhmu yang kian terbungkuk
Tulangmu yang mulai keropos
Dan kulitmu semakin keriput
Tetapi semua kebaikan kau lakukan untukku
Biarpum umur yang semakin suntuk
Dengan senyuman dan ketegaranmu
Engkau selalu beri yang terbaik
Terkadang engkau akan lupa makan
Terkadang engkau akan lupa minum
Hanya untuk menyekolahkan kami
Semua anak mu
Engkau selalu mengajari kami
Betapa susah untuk berjalan melintasi kehidupan
Betapa susah untuk mencari sesuap nasi
Betapa susah untuk mencari seteguk air
Tetapi engkau selalu meyakinkan kami
Untuk terus bersekolah mencari ilmu
Biarlah tubuh dan jiwa bekerja keras
Asal cita-cita bisa kau gapai
Dengan demikian hatiku sudah senang
Ingatlah akan ayah dan ibumu
Meskipun keadan begitu susah
Tetapi inilah keluarga kita
Ibu…. Ayah….
Hari-hariku sudah banyak berlalu
Pelajaran dan ilmu ku usahakan selalu
Untuk wujudkan keinginan dan membuat dirimu senang
Harapan dan Perjuangan
Landong Sihombing
Melihat langit terang
Memancarkan suatu keindahan
Awan berlari-lari dilangit
Menuju suatu temapat terang
Pancaran cahaya berkilauan
Menerangi langit dan bumi
Tampak warna biru meluas
Memancarkan suasana damai dalam hati
Pikiran terbang melayang
Ingin menembus cakrawala biru
Burung-burung beterbangan
Menembus jauh keangkasa
Menuju tempat indah disana
Banyak ancaman diangkasa
Badai dasyat dilalui
Angin kencang di tembus
Menerjang dengan sekuat tenaga
Lemah tersingkirkan
Kuat akan terus maju
Burung-burung mencari makan
Daratan dan lautan Incaran
Bekal cukup sanggup terbang
Bekal kurang terbengkalai
Kuat sayap, kuat kaki
Bekal yang baik bagi burung
Menuju Tempat yang jauh dan indah
SESAL OLEH WAKTU
Rahayu Party Juni Artha Situmorang
Saat aku bangun dari mimpi
Satu hal yang kusadari
Sesuatu telah pergi
Saat aku sadar hari ini
Satu hal yang kusesali
Tak bisa kuputar ulang lagi
Ketika aku memiliki semua itu
Tak pernah terpikirkan olehku
Ku akan kehilanganmu
Kini saat aku menyadari semua yang terlewati
Sesal dan nestapa meracuniku
Mengacaukan mimpi dan harapanku
Inilah Aku, dan Diriku
Satria Utama Purba
Terkadang smua bagaikan tak terjadi
Terkadang rasa seperti ada
Dan terkadang rasa bagaikan tak ada
Aku tak dapat melampiaskan untaian kata-kata perihku
Aku tak percaya kau sadar akan senandungku ini
Bibirmu bilang kita satu jiwa
Tapi nyatanya apa???
Sakit di sanubariku
Perih sampai ke jiwaku
Membuat aku hanya terbungkam
Menahan sendiri sebagai tumbal
Sahabat....
Aku ingin semua rangkaian kata-kamu terjadi
Seperti apa yang telah terucap oleh bibir kita
Kita satu jiwa
Kita sati hati
Kita satu
Apakah kau sadar?
Tiap untaian kata dari kedua lembar bibirmu?
Jangan hanya pandai bertutur
Jangan lagi menganggapku mangsa bagimu...
Karena aku dan kau sama...
Kau tertawa saat aku jatuh
Kau terkadang tak sadar
Kau menghiraukan tiap sisi kehidupanku
Mungkin aku tak layak terselip diantara lembar hatimu
Mungkin aku tak cukup adanya
Tapi pernahkah kau berpikir sekilas akan kehidupanku?
Saat ini aku bagai sebatang kara tanpa kamu
Sahabatku...
Hari-hari berlari dan tak terhentikan
Kita akan berpisah tuk sementara
Ingatlah aku sebagai penyelip dalam lembar hatimu
Jangan pernah lupakan aku...
Sahabatku....
Jiwa yang Hampa
Wandes Markus E. Hutabarat
Pagi yang cerah
Mentari putih t’lah mengintip
Butir embun nan mungil
Kini menempel di daun cempaka
Malam yang hening
Krik-krik jangkrik bernyanyi
Menikmati indahnya bulan
Dan bintang yang berkedip
Tapi…
Apalah semua itu
Pagi berganti pagi
Malam pun silih berganti
Dan aku…
Jiwaku bagai mesin mogok
S’lalu bertahan dalam keheningan
Beharap dapat secerah pagi
Bersama pipit di pucuk cempaka
Namun…
Aku yakin..
Tak selamanya jiwa ini hampa
Suatu saat pasti kan terisi
Dihembus angina bahagia
Dan dilanda hujan berkat
Serta ombak sukacitapun turut berpaut
BIARKANLAH……..
Andika Kristanto Panjaitan
Kau boleh saja rampas kebebasanku
Mungkin aku harus terus menerus menuruti maumu
Kau boleh ambil harta milikku
Mungkin saja aku dilahirkan tidak untuk memiliki
Atau …
Kau boleh saja rebut apa yang kucintai
Mungkin juga hidupku tidak untuk mencitai
Bahkan jika kau ingini..
Kurelakan napasku untukmu
Terlepas dari tubuh yang sesak ini
Ya….. semuanya untukmu
Hingga aku mahluk yang tak punya
Semuanya terserah apa katamu..
Tapi biarkanlah jiwaku
Saat akhir hayatku
Tenang disisimu TUHANKU…
Anak Pejuang
Firman Valentino Sirait
Ini realita atau hanya fantasi?
Kuterperangkap di lembaran dunia ini
Ku tak punya jalan keluar dari realita ini.
Buka matamu, tataplah langit, dan lihat....
Ku hanya anak malang,
Aku tak butuh kesejahteraan
Karena
ku mudah diajak ataupun berkompromi
terkadang tinggi terkadang rendah.
ya.....Bagaimanapun angin berlalu tanpa ada yang menghalangi.
Ibu....baru saja bunuh seorang lelaki,membidik senapan itu ke kepalanya,menekan pelatuknya sekarang dia mati
Ibu....hidupku baru dimulai, tapi ku telah hilang dan melupakan selamanya
Ibu....tak bermaksud buatmu menangis, kalau aku tak kembali lagi saat ini ataupun lusa
Terlambat..........
Waktunya telah tiba
Membekukan tulangku,
Badanku sakit setiap waktu
Selamat tinggal semuanya,
Kuharus pergi meninggalkan kalian dan hadapi kenyataan ini
Ibu....Ku tak mau mati
Aku terkadang berharap tak terlahir sama sekali.
Tak ada masalah,....
Semua dapat melihat
Tak ada yang bermasalah padaku.........
HARAPAN SEMU
Gustina Astria Sirait
Langkah kakimu mulai bergerak maju
Satu persatu dan tak tentu
Kencangnya angin pun tak kau hiraukan
Badan nyaipun kau tahankan
Kau menang …
Aku juga…
Waktu yang mempertemukan
Waktu yang mengubah
Waktu tidak peduli akan apa yang kita rasa
Dia hanya peduli dengan apa yang akan ia lalui
Bahkan ia tak pernah memberi tahu
Saat kau datang dan member aku pita merah itu
Kau tak tau bahwa aku sudah memilikinya
Namun sadarku mengatakan, aku juga ingin punya pita merah darimu
Tetapi dengan apa aku bisa meminta kembali
Karena kau telah membiarkannya pergi
Aku mengerti
Hati terasa peri
Harap semakin tinggi
Berharap masih ada titik temu
Nyatanya kaupun semu
Aku paham
Harapku bagai Utopia
Dan aku akan merusaknya dan membuangnya
Kau adalah kau
Aku adalah aku
Naming doaku akan tetap bersamamu
BURUNG BESI PEMBEDA RUANG
Johannes Smith Sormin
Lama aku terdiam
Lama aku merenung
Lama aku berfikir
Mencari suatu jawaban
Akan sisi lain dari kehidupan
Terdengar bunyi yang begitu mendebar hati
Tanah dan bumi seolah bergetar
Menambah rasa penasaran bercampur khawatir
Terlintas akan tibanya suatu perpisahan
Perlahan aku beranjak
Perlahan aku tinggalkan
Daratan yang penuh gelombang, kekacauan, bahkan kehancuran
Tapi sekarang…
Aku seolah terbebas
Ku lihat hamparan daratan hijau yang luas
Bentangan biru samudera,
Juga gumpalan kabut bagaikan salju
Seolah dalam perjalanan ruang dan waktu
Tak dapat kuartikan dan tak dapat kuungkapkan
Betapa indah, damai, dan tenteramnya langit ini
Mataku tak dapat berkedip
Tak ingin rasanya kehilangan satu detikpun dari masa ini
Suatu fenomena yang sangat menakjubkan
Yang akan selalu kukenang dalam hari-hari ku
Tak lama lagi…
Ini pasti berakhir
Meski kau tak dapat melihat dan merasa
Terimalah kiranya ucapan terima kasihku ini
Kau tak akan pernah hilang dari hidupku
Tetaplah melayang boeing 737
BINTANG UNTUKMU
Laura Apriliani Sihotang
Segalanya terasa berubah…
Saat aku menatapnya sekali-kali
Merasakan angin saat berada di dekatnya
Begitu menyakitkan
Menghela nafas setiap kali melintas
Membawa kepedihan…
Aku masih ingat…
Dulu kita pernah bersama
Merangkai mimpi bersama
Melihat bintang mimpi kita
“Itu bintangku” kau bilang penuh harapan
“Ini bintangku” aku menatap langit lembut
Tapi itu dulu
Saat kita masih bersama…
Kau masih disini denganku
Kita menatap langit kita bersama
Menjalin cita merangkai asa…
Kini semua berbeda
Kau berjalan sendiri
Kau sanggup… tapi aku tidak…
Kau melangkah pasti…
Kau bisa… tapi aku tidak
Hingga kau jauh…
Kau bilang kau temanku
Tapi musuh dalam jiwaku
Kau sahabatku
Tapi tak ada untukmu…
Kalau memang temanku
Dan aku pun begitu
Kau memang sahabatku
Semoga aku pun begitu
Ku tunggu hingga kita bersama lagi
Kan kuberi kau bintang
Dan semoga kau pun begitu…
SAHABAT
Rica Martyna
Kusimpan lembaran hitam – putih
Yang telah lama kutulis dengan tintamu
Ku lipat kain indah dan halus
Yang telah lama ku rajut dengan benangmu
Ternyata akan masa lalu, saat kita mulai meraih
Sejuta janji dan ucap setia
Melangkah, berjalan dan terjatuh kadang
Namun kita bersama dan kau selalu menggandengku
Tiap detik bersamamu
Berjuta mimik dihidupku
Dengan ketulusan dan kerendahanmu
Dengan sejuta realita dan penghianatanku
Maafkan aku oh….
Coba sejenak kita berpikir
Sebenarnya, untuk apa hidup? Aku? Kita?
Bukankah selama ini kita bermain drama?
Kau kira kau hidup untuk apa?
Bukankah kau, aku, kita punya mimpi yang indah?
Hidupku, hanya hidupku, sama sepertimu
Dan bukan, bukan kau yang ku impikan
Kau hanya kebahagiaan kecil yang Tuhan kirim padaku
Dan sekarang sudah habis waktu untukku, untukmu
Pergi, berlari dan kejarlah setiap asa yang terlah tertunda
Kehidupan yang kau inginkan, bukan aku
Atau besok aku akan benar-benar membawa seluruh barangku
Dari hidupmu
Tapi aku akan tinggalkan memori-memori itu dihatimu
Hingga suatu hari aku, hidupku, bertemu dengan dirimu, hidupmu
Dan perih yang sempat terurai
Tertutup menjadi kenangan diperjalanan hidup
Selamat jalan sahabat…
MENGEJAR WAKTU
Sigop Elliot Parsaulian Lumbantoruan
Pagi datang mengantikan malam
Hari-hari kita semakin mendekat
Ah…
Jam dinding pun tak dapat berhenti
Membuat waktu terus berlari
Tanpa mau sedikitpun kompromi
Kawan..
Kau mau apa?
Jangan sia-sia..
Atau semua mimpimu nantinya hanya angan belak
Kawan..
Siang malam….lautan soal jadi teman
Kasur dan bantal jadi lawan
Menyingkirkan semua kepentingan.
Menguras otak dan pikiran
Berlari mengejar waktu
Mengutamakan hari yang bahkan masih di depan
Kawan..
Apakah ini tujuanmu??
Atau hanya sekedar pertahanan egomu..
Sekedar penahan malumu
Meraih status mahasiswa kebanggaanmu..
Walau hatimu berkata itu bukan bidangmu??
Ah..
Namun kita hanya bisa terpaku
Melihat waktu yang terrus berlari
Atau dirimu yang mencoba melampaui sang waktu itu
Karena aku kini telah ditinggalkan dirimu dan waktu
Yang terus melaju bersama mimpimu itu
MIMPI
Yesika Berliana Sitorus
Mimpi
Engkau ada
Nyata dalam pikiranku
Engkau senang berlari
Dan kau haruskanku berlari
Untuk menggapaimu
Anganku
Terkadang aku terlalu lelah
Aku putus asa
Merasa tak sanggup untuk meraihmu
Engkau tak pedulikan aku
Tapi kuakui kau inspirasiku
Mimpiku
Kau beri aku semangat
Untuk jalani hidupku
Kau sadarkan aku
Bahkan hidup tak mudah
Tekad kau tanam dibenakku
Anganku…
Apakah ku bisa?
Bisa meraihmu
Taukah kau mimpi
Aku tak akan melepasmu
Bersusah payah kurangkai kau di otakku
Mimpi…
Ternanglah, tunggu aku
Aku tak akan menyerah
Belum habis nyawaku
Nafasku ini pun masih panjang
Ragaku tak lelah demi dapatkan kau
Tuhanku
Beri aku kekuatan
Untuk mengejar dia
Saat ku berhasil
Kupeluk erat dirinya
Mimpiku yang sudah nyata
NAIF
Arivin Zebua
Kehadiranmu tak mampu kupungkiri
Kesetianmu selalu menemaniku
Membimbingku ke alam mimpi.
Membawaku melihat apa yang kuingini
Tanpa mampu melihat kenyataan
Naif......
Mengapa engkau menjadi bagian diriku?
Perlahan namun pasti
Engkau merakitku, menjadi
Seekor harimau dalam kandang besi
Harimau yang terkurung di dalam kandang
Tak kan bisa menggapai burung
yang terbang tinggi di angkasa
Ketika harimau mengeluarkan taringnya
Aumannya menggelegar
Taring dan cakarnya
Melambangkan keberadaan dirinya
Yang siap memangsa burung di angkasa
Namun,apa daya?
Ketika ia masih terkurung di dalam kandang
Semuanya hanyalah kenaifan diri
Sang burung akan terbang lebih tinggi
Mencoba menemukan tahtanya
Saat itulah
Harimau yang terkurung dalam kandang akan sadar
Taring,cakar,auman, kebuasan
Semua itu,hanya menunjukkan kenaifan diri
Namun,satu hal yang kuyakini
Teruslah menggigit
Teruslah menyabet kandang besi itu
Pertajam lah taring mu
Dan jangan berhenti mencoba
Suatu hari
Harimau akan merobek kandang besi
Berlari mengejar burung diangkasa
Saat itulah
Sang harimau akan menjadi dirinya sendiri
Menemukan tujuan dan impiannya
Dan takkan berhenti mengaum
Sampai sang burung diterkamnya.
PULANG
Fitri Rahayu Silaen
(Fitri Silaen)
Kadang aku pun merindukanmu
Merindukan hari bersamamu..
Ingin rasanya untuk kembali
Seperti yang dulu lagi
Tapi apa semudah itu?
Kau tak tau apa yang ku hadapi
Tak ada yang mengerti akan aku
Aku berharap kau pun menunggu ku
Aku pun ingin kembali
Berharap bintang-bintang menari
Menari bersamaku saat aku pulang
Menyambut saat aku datang
Saat-saat seperti ini
Saat nmataku terpejam
Sangat jelas bayangan pulang
Tak ingin aku terjaga dari mimpi ini
Saat tirai imaji membuka
Semakin jelas sangat senyumanmu
Memanggil aku tuk segera pulang
Iringi langkahku merangkai mimpi yang s’makin dala
Tapi,
Aku tau tak akan mungkin
Kau tau untuk apa aku di sini
Biarkan aku hanya memimpikan senyumanmu
Dan tak ingin terjaga sampai aku pulang
SAHABAT
Hilman Wisnu Siahaan
Saat sepi, saat sunyi
Suara jangkrik membahana memecah malam
Kau menyadarkanku dari lamunanku
Mengajakku menelajahi indah dunia
Mengubah malam kelam menjadi cerah
Saat ku terjatuh dan terjerumus
Tak seorang malaikat tak datang
Menjadi penolongku
Saat ku tidak bersemangat
Kau tuntun aku dengan semangatmu
Kau ajari aku menghadapi dilemma dunia ini
Semangatmu bagaikan semangat bagiku
Kata-katamu menyegarkan pikiranku
Sahabatku…
Dunia terasa hampa tanpamu
Walau matahari sudah enggan bersinar
Kau tetap sahabatku yang setia
AKU….
John Lindon Tampubolon
Aku….
Adalah aku yang menyusuri
Liku-liku kehidupan
Terbawa-bawaa oleh hembusan
Angin yang turun dari kaki bukit
Aku….
Adalah setiap hela nafas,
Setiap irama jantung yang
berdetak di dalam dada
Aku yang terbentuk dari setiap
Air mata yang menetes membasahi
Sepi
Aku….
Adalah yang terbuang
Dalam tumpukan kertas di pojok ruang
Yang menyendiri dalam segala kebingungan
Cemas dan terlepas
Aku….
Adalah apa yang tidak aku ucapkan
Yang tidak aku katakana
Yang tidak terdengar bahkan dalam
Heningnya malam sekalipun
Terseok-seok seakan terbenam dalam waktu
Dan aku adalah aku….
KENYATAAN HIDUP
Manimpan R Lumbanraja
Tak dapat ku katakan
Namun selalu ku rasakan
Hal yang terus menerus
Membuat aku termenung
Aku tau………..!
Tak mudah untuk melepaskannya
Tak mudah lari darinya
Aku hanyalah seorang biasa
Yang tak bisa berbuat apa apa
Yang hanya bisa berharap
Bisa bertahan
Saat aku mencoba lari darinya
Sayapku tak mampu untuk bertahan
Mungkin juga denganmu
Kau harus tahu itu
Kepada semuanya
Kukatakan kepadamu
Kau tak dapat lari untuk menghindar
Kau telah terikat
Dan tak akan lepas
Karena kau dan aku
Tak ada beda
SUNYI PEMBERI KETENANGAN
Roy M.Alexander Sirait
Malam,
Ketika semua suara mulai lelap dalam kesunyian
Hanya terdengar suara hati bergemurh dalam dada
Aku seperti melihat laut yang tak tersentuh oleh angin, tenang!
Tenang di permukaan, gemuruh suara ikan didalamnya
Aku membayangkan melihat laut yang tenang di malam hari
Dipadukan dengan remang cahaya bulan
Tenang dan indah!
Kini aku sadar
Kenapa malam diciptakan
kenapa dunia ini tak di isi hanya dengan pagi
Hanya dengan siang saja!
Malam adalah pengaduan, Mengadulah!
Dan jawablah sendiri!
Karena kau sudah punya jawabannya
Nikmati malammu
Jangan hanya kau gunakan untuk tidur
Bangkit dan renungkanlah
Apa yang sudah kau lakukan hari ini?
…..
…….
Sudah?
………
Kau sudah dapat jawabannya?
Terimalah….
Dan gunakan itu untuk esok hari.
AKU BUKAN PUNGGUK
Oleh:Theodora Purba
Semilir angin menyapu wajahku
Buyarkan lamunan tentang nasibku
Ya…nasib kawula muda sepertiku
Di waktu yang akan menjemputku
Akankah aku mendapat bintang itu
Bintang yang terlalu jauh dari dalam mimpiku
Ku tak mau menjadi pungguk
Merindukan bulan hingga habis masaku
Terik matahari menyinari pikiranku
Terangkan pikiranku yang galau
Bahwa ada pungguk yang berbeda
Pungguk yang mampu meraih bulannya
Kuteladani pungguk yang berbeda itu
Bahwa aku pun mampu
Mencapai cita dan anganku
Pencapaian menjadi kawula sukses
Akankah aku mendapat bintang itu
Akankah aku pungguk yang berbeda itu
Kujawab tanya itu dengan pasti
Tentu…karena aku akan berjuang
PERJALANAN
Yogi Salomo M. Pratama
Gunung itu begitu tinggi
Jalan yang harus kutempuh masih jauh sekali
Terpikir hatiku, tak usah saja kudaki gunung itu...
Tapi bukankah hidup ini pun begitu,
Kadang segala sesuatunya terasa begitu sulit
Namun harus kita hadapi juga,
Maka,
Gunung itu harus kudaki.
Perjalanan ini berat sekali,
Napasku sengal karena beratnya medan,
Tanganku luka-luka semua, terkena kerikil-kerikil itu,
Jalan yang harus kudaki begitu terjal,
Semakin kujalani, nyaliku semakin ciut.
Akan tetapi aku sadar,
Aku harus mendakinya,
Sesuatu pasti telah menungguku di puncaknya
Jadi meskipun napasku habis dan tanganku luka
Gunung ini harus kudaki
Akhirnya aku sampai di puncak,
Aku berbalik dan kulihat alam semesta ciptaan Tuhan terbentang di depanku,
Ya,
Untuk inilah aku mendaki gunung ini,
Untuk menyadari dan mengagumi karya Tuhan ini.
Pendakian berat ini membuatku sadar
Begitu banyak berkat Tuhan yang harus kita syukuri.
Aku bersyukur sudah mendaki gunung itu,
Ya, gunung ini sudah kudaki.
UTOPI
Astuti Nababan
Tak ada yang tampak
Namun mengapa bjsa kulihat
Fatamormagana ini benar-benar nyata di depanku
Tapi, memang tidak ada
Semakin kucoba menepis apa yang kulihat
Namun semakin jauh aku terperangkap di dalamnya
Setiap akuberpikir semua itu maya
Mengapa semakin nyata kurasa
Sudahlah...,tolonglah...
Mimpi ini membuatku semakin gila
Bayanng-bayang itu membuatku selalu berharap
Khayalan ini seakan bualan belaka
TERKADANG
Gabriel Nababan
Terkadang…
Kumelamun di depan meja belajarku
Berangan-angan…
Hendak jadi apakah aku nanti
Terkadang…
Aku berimajinasi sendiri
Sambil menutup mata
Akhirnya aku terbawa ke dunia yang kunanti-nantikan
Mimpi…
Selalu membawaku ke dunia yang sangat indah
Membawa pikiran dan jiwaku ke tempat yang tak pernah kukunjungi
Sesuatu yang tak kumengerti maksud dan tujuannya
Seandainya dia kuikuti
Mungkin aku tidak seperti ini…
Menanti-nantikan yang tak kunjung pasti
Menunggu waktu yang tak kunjung habis
Tapi aku yakin
Mimpi itu benar adanya
Ia tidak berbohong dan berdusta
Ia selalu yakinkanku untuk selalu bermimpi
Bermimpi akan apakah aku nanti
Mimpi
Selalu mengingatkanku
Dia selalu temani pikiranku
Setiap malam dan mungkin belajarku
Tiap aku sedang lelah dan tertidur
Tetapi…
Apakah mimpi itu menjanjikan?
Sebenarnya engkau berasal darimana?
Apakah engkau baik atau jahat bagiku?
Ataukah… aku hanya seorang pemimpi?
IBU
Oleh : Immanuel Pirton butarbutar
Perempuan kelam yang senantiasa hadir dalam pahitnya dunia
Mengerutkan dahi bersatu di atas titik
Sebab kulit yang tersayat akan terluka
belulang yang patah hilang jua
meredam asa yang telah lama tersiang
meninggalkan bekas mimpi yang tak terduga
Lama telah ibu dihunjung duka
Lama sudah kelam mendekat
Hendak bersiap siaga merenggut si kaki batu
Yang telah menyusuri setiap detik kehidupan
Dengan langkah kaki yang bernada
Tiadakah langit dijunjung
Tiadakah tanah dipijak
Ketika debu menutupi wajah yang bewarna
Pudara tiada sirna
Dengan meninggalkan nista
Tulang yang putih berubah merah
Darah yang merah berubah bening
Gunung gunung penghalang langkah
Telah merenggut si perempuan batu
Hingga hilang menjadi debu
Berubah menjadi kelabu
Ayah
Oleh : Jonas sihombing
Lama sudah ia tinggalkan rumah itu
Ia tinggalkan ayah
Ya, laki-laki tua yang merawatnya sejak kecil
Laki-laki yang menjadi milik satu satunya
Ia ingat dulu
Saat berangkat
Di ambang pintu itu
Ia peluk laki-laki tua itu
dan yakin
“Ayah aku akan merindukanmu , aku akan mewujudkan impianmu!”
Dan ia pun merantau
Melihat hal-hal baru
Melihat orang orang baru
Mendengar suara- suara baru
Yang tak pernah ia tahu
Sampai ia sadar
Wajah ayah
Tatap matamya
Walaupun tak seperti dulu lagi
Kini usai sudah perantauan itu
Dan ingin kembali
Namun ia terlambat ayah nya yang sangat ia cintai itu
Telah pergi bersama air yang yang telah menyapu kota itu
WAKTU
Marluhut Ganda.H.Sigiro
Ditunggu tidak bisa,
Dikejar tidak dapat
Meskipun sampai sabar aku menunggu,
Bahkan hingga lelah ku mengejar,
Kau tidak bias kudapatkan.
Kau selalu dinantikan,
Bagi orang yang menunggu
Kau selalu di hargai,
Bagi orang yang bijaksana
Dan Kau selalu tidak ingin berlalu,
Bagi orang yang sedang bahagia
Ingin ku ke masa depan,
Melihat hal yang akan terjadi kelak
Tetapi engkau tidak dapat diputar
Kini,,,,
Ingin ku kembali
Memperbaiki yang lalu,
Menuja yang terbaik
Tetapi engkau tidak dapat diulang
engkaulah Sang Waktu
RUMAH TUA
Ruth Evelyn T Siahaan
Tak dapat kuelakkan lagi
Perintah ibu untuk pergi kerumah tua itu
Rumah yang tak pernah kelihatan
Siapa penghuni dan pemiliknya
Jarak rumah itu tak jauh dari tempat ini
Tapi kakiku sangat berat melangkah kesana
Pikiranku melayang-layang memikirkan
Apa yang akan kuhadapi disana nantinya
Dari dekat kuamati rumah itu
Ternyata hanya sebuah rumah kecil dengan pekarangan yang luas
Namun semuanya tampak tak terawatt
Mungkin telah lama ditinggalkan pemiliknya
Tiba-tiba dari dalam rumah itu
Terdengar seseorang yang hendak membuka pintu
Aku ingin segera berdiri meninggalkan tempat itu
Namun seluruh tubuhku tak mampu bergerak
Dari balik pintu tua itu
Tampak seorang nenek tua
Yang sudah sangat tua dan
Sangat lelah karena ketuaannya
Ketika terucap satu kata
Dari bibirnya yang tua
Aku mengerti tentang apa yang dirasakan
Rasa sepi karena hidup sebatang kara
Perjuangan
Oleh : Tito Sinaga
Hembusan angin pagi
Burung-burung berkicau
Laksana senandung simfoni yang merdu
Desisan binatang melata
Awali lembaran baru
Garis awalan telah dilepas
Susuri jalan yang dibangun puluhan tahun
Pahami yang dilalaui
Mengerti yang dilewati
Berjuta warna-warni
Bersaing menjadi yang terbaik
Warna cerah semakin redup
Warna redup semakin cerah
Detik dan menit berkejaran
Hari silih berganti
Waktu pun termakan
Yang lemah dikucilkan
Yang kuat diagungkan
Warna semakin sedikit
Terbaik di antara yang terbaik
Waktu terus berlari
Tanpa pandanh bulu
Perlahan wwarna habis
Tak ada belas kasihan
Pemenanglah yang terbaik
Belum Sempat Berkata
Yosua Anugrah Banuarea
Pertama melihat hatiku biasa
Mendengar suaramu hatiku merasa…
Mencium aroma rambutmu hatiku berdegup kencang
Akhirnya aku tahu ini rasa sayang
Aku pun mengharapkan dirimu
Suaramu yang lembut menenangkan hatiku
Tak bisa kupungkiri rasa ini
Tapi lidah diam membeku
Aku melamunkan dirimu
Aku takut jika engkau tidak menyukaiku
Tapi aku tersentak dari lamunanku
Melihat siluet tubuhmu yang indah ditimpa sinar matahari sore
Aku akan memberanikan diriku untuk menyatakan perasaanku
Aku akan menunggumu di pantai sore nanti
Kau datang membawa harapan bagiku
Tapi hancur hati ini saat kau memberiku undangan pesta pertunanganmu
Karya : Yosua A. Banuarea
BUNDA
Denisa Melva Napitupulu
Saat kutatap wajah bunda
Terlihat olehku tubuh yang semakin lapuk dan
Raut wajah Bunda yang memudar oleh waktu
Di balik goresan keriput tua wajah Bunda
Tersimpan sejuta kenangan antara aku dan Bunda
Berbagai kenangan suka dan duka
Yang telah kami lalui bersama
Kenangan yang tak terhapuskan dan tak pudar oleh waktu
Kenangan yang membuat aku dapat bertahan dan berdiri saat ini
Kenangan tentang kunci kehidupan
Yang telah dipahat bunda dilubuk hatiku
Saat aku jatuh dan tak sanggup berdiri lagi
Bunda selalu ada di diriku
Merelakan jiwa raga dan seluruh hidupnya padaku
Menemani dan menguatkanku untuk berdiri sendiri
Saat aku berada dijalan yang salah
Bunda kembali menuntunku ke arah yang benar
Dengan panggilan dan ajakan lembut tangannya yang halus
Saat aku merasa sendirian
Bunda mengajakku berdoa dan mengenalkanku
Tentang sahabat sejati yang selalu ada untukku
Saat aku merasa bahagia
Bunda mengajarkanku untuk berbagi kepada orang lain
Berbagi tentang hal bahagia yang kurasakan
Saat aku merasa berada diatas awan
Bunda mengajarku untuk melihat kebawah
Karena ada kalanya kita yang ada dibawah
Sejuta kenangan dan pelajaran tentang butir-butir kehidupan
Telah ditanamkan Bunda di dalam relung hatiku
Bunda….
Akan kucoba melakukan yang terbaik yang mampu melakukan
Trimakasih atas semuanya Bunda
Trimakasih atas cinta, kasih dan pengorbananmu untukku
Dimanapun dan sampai kapan pun
Dulu, sekarang dan sampai selamanya
Wajah dan kasih sayangmu akan selalu terpahri dihatiku
Aku akan selalu mencintaimu dengan segenap cinta yang kumiliki
Sekali lagi trimakasih Bunda
IBUKU MENANGIS
Giffron Samosir
Sepi
Diam tak ada
Kau begitu pasrah
Sudah usai
Hei bodoh! bangun
Lihat dirimu
Tak bernapas tak berhasrat
Semuanya telah diambil
Dia yang amat mengenalmu
Hilang dengan tangan menjari
Menyusuri lembah penjagalan
Hilang dengan satu jejak
Penjilat bumi
Merogoh nadir
Menguras keringat
Kering kerontang
Hidupmu kini melarat
Lidahmu menyentuh tanah berdebu
Menutup lubang kehidupan
Hanya ini yang kau punya
Ibu tak berdaya
Pertiwi
Tanah air
Menangislah engkau
Mengandung kedurhakaan
Ini tak pernah berakhir
Pergilah bersamaku
Merobek jantung mereka
Yang melukai Ibuku
SAAT TERAKHIR
Irene Simbolon
Siapa yang tahu kalau hari ini matahari akan bersinar cerah…
Siapa yang tahu kalau hari ini dedaunan di pohon akan gugur…
Siapa yang tahu kalau saat ini adalah saat terakhirku melihatmu…
Semuanya terasa begitu cepat
Hingga sang waktu tak bisa menghentikannya
Ingin aku mengulang kembali
Semua kisah yang telah kita lalui bersama
Kembali ke masa-masa indah saat bersamamu dulu
Ku mohon jangan biarkan semua rasa ini pergi
Aku ingin selalu mengenangnya
Namun, aku percaya
Suatu saat nanti kamu dan aku akan bertemu kembali
Menari bersama dalam sukacita
Terkadang aku mendengar sayup-sayup suaramu memanggil namaku
Dan aku ingat betapa kau mencintaiku
Aku berdoa melebihi doa pada diriku sendiri
Kiranya Tuhan selalu menyertaimu
MASA DEPANKU IMPIANKU
Lambas K.Tambunan
Kulapaki hari-hariku
Tak bosan-bosannya diriku
Berangan dan berusaha
Sambil berdoa berlutut dihadapannya
Karna kuyakin
Dibalik usaha dan di garis dengan doa
Terdapat rahasia besar
Itulah impianku, masa depanku
Masa depan yang penuh tanda tanya
Namun……
Apa pun itu adalah yang terbaik untukku
Masa depanku yang selalu kuimpikan
MENANTI
Pebriyanti A.L.Silalahi
Tiap melirik hujan senyum itu
Hati terasa perih
Tiap mendengar baying tawa
Jiwa seaan bergumul
Berbisik, bukan kau…
Disudut kamar putih
Di tepi jendela mungil
Meraup hampa, sunyi
Menanti…
Kisah bersama
Luapan bersama
Tangis bersama
Kian menghilang
Tinggalkanku sepi
Bawa cerita baru
Mata berbinar
Tawa khas seakan melodi burung
Pancaran hati yang hangat
Kuingin, kurindu
Tahukah kalian semua?
Bisakah berbagi denganku?
Belaian lembutnya
Dekapan manja
Meraih tangan saat kuterjatuh
Senyum terindah
Memandang langit biru bersama
Persona dunia penuh rahasia
Adakah yang menginginkanku
Bisakah aku berharap?
Disudut kamar putih
Seorang diri saja, menanti
LELAH
Samuel Ardi Putra Larosa
Ahh…
Sudah berjam-jam aku di sini
Mencari ilmu duniawi
Mengais harta hidup ini
Makin lama beban di mataku
mulai memberatkanku
Hembusan angina sepoi-sepoi
membuatku terbuai
Mataku tertutup perlahan
Kepalaku jatuh tak tertahan
Aku sekarang bagaikan
Seekor ayam mencari makan
Guruku…
Aku tak bermaksud mengabaikanmu
tak bermaksud meremehkanmu
dan tak bermaksud tidak menghormatimu
Aku mohon maafmu
karena telah dikuasai kelelahanku
yang terus menghantuiku
JALAN YANG TIDAK KUTEMPUH
Tiurma Stompul
Dua jalan bercabang dalam hutan kehidupanku
Tapi sayang aku tidak bisa menempuh keduanya
Dan sebagai pengembara aku berdiri cukup lama
Memandang ke satu jalan yang memang harus kupilih
Kejalan yang membawaku jauh dibalik semak belukan
Kupandang jalan yang satunya, sangat bagus...
Dengan rerumputan yang indah, daun yang segar
Udara yang bagus dan sangat mengundangku
Menempuh jalan yang sama sekali tidak kutahu
Kini dua jalan itu terbentang bersama didepanku
Menekatkan diri melangkah ke jalan yang tepat
Kusimpan jalan yang kedua untuk kali lain
Dan aku ragu untuk kembali lagi…
Suatu saat berabad-abad mendatang
Dua jalan bercabang dihutan itu, dan aku-
Dan aku menempuh jalan yang jarang dilalui
Dan itu mengubah segalanya...
TERKENANG
Yudithia Sinaga
Saatku mulai membuka mata
Terbangun dari mimpi ini
Aku… tersadar
Dia… kekosongan ini
Dan kepedihannya tlah mengisi hati ini
Pagi ini mentari itu
Kembali bersinar
Terangi segalanya jadi terang benterang
Namun, apakah dia bisa menembus hari ini
Dan berinya cahaya lagi…
Kucoba tuk hirup udara itu
Dia hampiriku
Dan coba beriku sejuknya
Tapi…
Ku tak sanggup tuk merasakannya
Terasa sesak…
Dan aku tak dapat menahannya
Apakah selalu seperti ini Tuhan
Hari-hari ini hanya akan membunuhku
Tanpa ada dia disini
Tuk bersama hadapi dunia ini
Masa-masa itu
Tlah bertahun-tahun kulewati
Bersamamu
Dipenuhi beribu cerita dan tawa
Dialiri air mata dan tawa
Semuanya terajut menjadi pengalaman indah
Dihidupku
Namun, kau hanya pergi
Tanpa menolehku
Dan biarkanku sendiri
Hadapi keharuan hati ini
Kucoba tuk sadarkannya
Ya… dia telah pergi
Dan aku tahu….
Aku tak bisa memutar waktu
Tuk berimu kasih lagi.
Dan aku percaya
Kau tlah punya kehidupanmu sendiri
Kehidupan tanpa batas
Bersama mimpi dan bahagiamu
Ditempat terindah
Sahabat
Aku kan slalu mengenang
Setiap detail dalam kisah kita
Tuk slalu penuhi mimpi itu
Dan aku percaya,
Suatu saat kita akan bertemu lagi
Dalam sukacita dan bahagia kita
Dalam kehidupan kita bersama Dia