Sore ini
saya ditelepon seorang teman yang aku kenal sekitar 15 tahun yang lalu. Hampir aku tidak mengingatnya. Dulu aku
mengenalnya saat Beliau masih seorang
penulis pemula dengan karya-karya kecil sama halnya dengan saya. Tapi ternyata sekarang,
namanya sudah begitu besar. Sudah menulis buku sebanyak 15 judul yang terdiri
dari buku fiksi dan nonfiksi. Wah... ternyata aku sudah ketinggalan jauh
dibanding dengannya.
Satu hal yang
menarik dari percakapan kami hari ini bahwa dia mengajak saya mengembangkan bakat menulis dengan menulis
buku. “tidak zamannya lagi kita berkutat hanya di cerpen dan tulisan
pendek-pendek Pak “ katanya meyakinkanku. Beliau berjanji akan membantu dan memfasilitasi
saya untuk menerbitkan buku-buku yang saya tulis.
Mendengar
itu, Tiba-tiba saja semangat menulis muncul dalam pikiranku. Paling tidak mulai
terpikirkan. Keiasaan-kebiasaan dahulu muncul
dalam pikiranku. Bagaimana dulu tulisan-tulisanku ditolak sampai diberi imbalan
oleh media massa. Bagaimana tulisan-tulisan yang awalnya tak bermakna bisa memenangkan
beberapa lomba menulis. Semua akan bisa terjadi jika ada kemauan dan waktu
memulai sampai mengakhiri.
Setelah 14
tahun terninabobokan dengan rutinitas yang kadang disebut orang pengabdian, Kini
keinginan menulis itu kembali bergaung. Apa yang akan saya Tulis? “Tulislah
yang dekat denganmu Don!” kata si kawan ketika aku bertanya bodoh sama beliau.
“Pengalaman
sebagai guru selama 20 tahun sudah cukup banyak untuk ditulis!” katanya.
Secepatnya aku membenarkan ucapannya. Memang,
pengalaman sebagai guru, sebagai orang tua, sebagai warga negara
Indoneso menjadi modal yang sangat baik untuk berbagi pengalaman kepada semua
orang. Apalagi belakanagan ini saya memiliki catatan harian yang sudah ratusan
halaman, itu tentu bisa dijadikan
sebagai modal dasar sekaligus fakta empiris dalam tulisan.
Pengalaman-pengalaman inipun harus dibagikan kepada orang lain.
Tekad untuk
menulis buku sudah final. Janji sudah diucap. Sekarang saatnya mulai lagi berlatih
mengasa potensi yang ada. Memberdayakan segala kemampuan yang ada. Menyiapkan
kertas-kertas kosong untuk dipenuhi dengan huruf, kata, dan kalimat yang akan
sering dicoret.