Aldon

Samosir

Aldon Samosir

Guru dari Kampoeng

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Kamis, 21 September 2017

Sekolah Bersama Keluarga "Mari Membangun Proses Pendidikan yang Lebih Baik"

Orang tua adalah pendidik yang pertama dan utama. Sebagai seorang pendidik, orang tua harus mempersiapkan diri sebagai pendidik agama, budi pekerti, seni maupun ilmu pengetahuan bagi anak. Keberhasilan pendidikan anak bergantung kepada keterlibatan keluarga. Banyak penelitian menunjukan bahwa keterlibatan orang tua di sekolah bermanfaat, antara lain: (1) bagi peserta didik mendukung prestasi akademik, meningkatkan kehadiran, kesadaran terhadap kehidupan yang sehat, dan meningkatkan perilaku positif; (2) bagi orang tua memperbaiki pandangan terhadap sekolah, meningkatkan kepuasan terhadap guru, dan mempererat hubungan dengan anak; dan (3) bagi sekolah memperbaiki iklim sekolah, meningkatkan kualitas sekolah, dan mengurangi masalah kedisiplinan.

Sekolah tidak dapat memberikan semua kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya, sehingga diperlukan keterlibatan bermakna dari orangtua/keluarga dan anggota masyarakat. Anak-anak belajar dengan lebih baik jika lingkungan sekitarnya mendukung, yakni orang tua, guru, dan anggota keluarga lainnya serta masyarakat sekitar. Artinya, sekolah, keluarga, dan masyarakat merupakan “tri sentra pendidikan” yang sangat penting untuk dapat menjamin pertumbuhan anak secara optimal. Untuk itu, perlu dibangun kemitraan antara sekolah, keluarga, dan masyarakat.

Peran orang tua dalam mendidik anak tidak hanya terbatas dalam memberi makan, minum, membelikan pakaian baru, dan tempat berteduh yang nyaman. Perhatian orang tua, terutama dalam hal pendidikan anak sangatlah diperlukan. Sebagai pendidik utama dan pertama bagi anak, orang tua juga hendaknya memberikan motivasi dan dorongan. Sebab tugas memotivasi belajar bukan hanya tanggung jawab guru semata, tetapi juga orang tua berkewajiban memotivasi anak untuk lebih giat belajar.

 A. Prinsip Kemitraan

Dalam Permendikbud 30 Tahun 2017, tentang pelibatan Keluarga dalam penyelenggaraan pendidikan disebutkan bahwa Kemitraan antara sekolah dengan keluarga dirancang agar terbentuk ekosistem pendidikan yang dapat mendorong tumbuhnya karakter dan budaya prestasi semua warga sekolah. Untuk mewujudkan harapan tersebut, maka kemitraan dilaksanakan dengan mengacu pada prinsip-prinsip berikut.


1.  Kesamaan Hak, Kesejajaran, dan Saling Menghargai

Kemitraan antara sekolah dengan keluarga dan masyarakat dapat terjalin secara dinamis dan harmonis apabila semua unsur yang terlibat memiliki kesamaan hak, kesejajaran, dan saling menghargai sesuai dengan peran dan fungsinya. Prinsip ini akan mendorong peran aktif dan sukarela dari semua pihak untuk terlibat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program kemitraan.

 

2.  Semangat Gotong-Royong dan Kebersamaan

Kemitraan dibangun atas dasar semangat gotong royong dan kebersamaan. Prinsip ini akan terjadi apabila semua pihak merasakan ada kebutuhan dan kepentingan yang sama terkait dengan pendidikan anak atau peserta didik. Prinsip ini akan menumbuhkankan keinginan dari semua pihak untuk berkolaborasi dan bersinergi untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang dapat memberi pengalaman belajar yang kaya kepada peserta didik.

 

3.  Saling Melengkapi dan Memperkuat.

Pihak sekolah tidak mungkin mampu melayani semua kebutuhan belajar peserta didiknya dengan segala keterbatasan sumberdaya yang dimiliki. Untuk itu, perlu dijalin kemitraan dengan orang tua dan masyarakat sehingga tercipta tri sentra pendidikan yang saling melengkapi dan memperkuat sesuai perannya masing-masing.

 

4.  Saling Asah, Saling Asih, dan Saling Asuh.

Prinsip saling asah, saling asih, dan saling asuh diharapkan dapat mewujudkan terjadinya proses berbagi pengalaman, pengetahuan, keterampilan, dan nilai/norma antara satu dengan lainnya. Serta terjadi proses saling membelajarkan antara pihak sekolah, keluarga, dan masyarakat dilandasi oleh rasa cinta dan kasih sayang dalam rangka menciptakan ekosistem pendidikan yang baik bagi peserta didik.

 B. Bentuk Kemitraan

Bentuk-bentuk kemitraan sekolah, keluarga, dan masyarakat dapat dilakukan sebagai berikut:

1.  Penguatan Komunikasi Dua Arah

Komunikasi dua arah bertujuan untuk mendapat informasi dan masukan tentang perkembangan peserta didik, baik dari keluarga kepada sekolah maupun sebaliknya. Komunikasi sekolah dengan keluarga dan masyarakat dapat dilakukan dalam beragam bentuk dan media. Misalnya informasi yang dituliskan rutin melalui buku penghubung, pertemuan rutin wali kelas dengan orang tua/wali, komunikasi dalam wadah paguyuban orang tua per kelas, komunikasi melalui media komunikasi seperti melalui pesan singkat (SMS), dan lain-lain yang sesuai.

2.  Pendidikan bagi orang tua

Bentuk kemitraan ini ingin membantu orang tua/wali dalam membangun kesadaran akan pendidikan anak, termasuk di antaranya adalah dengan mengembangkan lingkungan belajar di rumah yang kondusif (aman, nyaman dan menyenangkan). Pendidikan orang tua ini bisa berupa kelas orang tua/wali yang dilakukan rutin oleh sekolah atau masyarakat (komite sekolah, organisasi mitra dan komponen masyarakat lain).

Kelas ini diharapkan dapat membantu orang tua/wali untuk:

    • memperoleh pemahaman yang benar tentang kondisi anak dan upaya-upaya yang dapat dilakukan;
    • meningkatkan peran positif dan tanggung jawab sebagai orang tua/wali dalam mengatasi permasalahan anak; dan
    • meningkatkan kerjasama yang lebih harmonis antara orang tua/ wali dan sekolah dalam membantu permasalahan anak.

3.  Kegiatan Sukarela

Kegiatan ini bertujuan untuk menyalurkan aspirasi masing-masing pihak dalam mendukung dan membantu kemajuan pendidikan anak.

4.  Belajar di Rumah

Sekolah mengkomunikasikan orang tua/wali mengenai materi yang sebaiknya diperkaya dan diperdalam kembali di rumah.

5.  Kolaborasi dengan Masyarakat

Kemitraan ini bertujuan untuk mengoptimalkan peran masyarakat dalam mendukung pencapaian tujuan pendidikan anak. Masyarakat dalam hal ini adalah tokoh masyarakat, tokoh agama, ahli pendidikan atau lainnya, pengusaha, professional, dan lembaga yang relevan baik bagi sekolah maupun bagi peserta didik.

 C. Pengorganisasian Program Kemitraan

  1. Paguyuban Orang Tua/Wali di Tingkat Kelas   
Paguyuban orang tua/wali di tingkat kelas dibentuk agar semua orang tua/wali peserta didik dapat terlibat aktif dalam berbagai kegiatan kemitraan. Melalui media paguyuban ini pihak sekolah berfungsi sebagai inisiator, fasilitator, dan pengendali kemitraan untuk dapat:

    • mensosialisasikan program dan kegiatan kemitraan kepada semua orang tua/wali sehingga mereka dapat memahaminya dan tergugah untuk berpartispasi aktif;
    • mengidentifikasi orang tua/wali mana yang aktif dan tidak dengan berbagai alasannya, sehingga dapat mendiskusikan dengan orang tua/wali lain yang aktif untuk mencari solusinya;
    • memulai program dan kegiatan kemitraan dan berkomunikasi dengan orang tua/wali tentang perkembangan peserta didik
    • membangun komunikasi agar terjadi keselarasan dalam pola pendidik, pengasuhan, pengarahan, motivasi antara sekolah dengan keluarga/orang tua/wali; dan
    • mendiskusikan untuk mencari solusi atas berbagai permasalahan yang dihadapi peserta didik dalam belajar, baik pihak sekolah maupun orang tua/wali.
   2. Membentuk Jaringan Komunikasi dan Informasi

Komunikasi dan informasi merupakan kunci keberhasilan dalam menjalin kemitraan antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. Oleh karena itu, perlu dirancang media-media yang dapat dimanfaatkan sebagai jaringan komunikasi antara ketiga pihak tersebut. Media komunikasi dan informasi yang perlu dibentuk diantaranya:

    • Buku penghubung antara pihak sekolah dengan orang tua/wali;
    • Pertemuan tatap muka antara pihak sekolah dengan orang tua/wali;
    • Pertemuan yang melibatkan semua orang tua/wali, jika ada informasi yang perlu diketahui oleh semua orang tua/wali.
    • Pertemuan antara guru/wali kelas atau Kepala Sekolah dengan orang tua tertentu, jika ada permasalahan khusus menyangkut seorang peserta didik.
    • Surat menyurat dan/atau surat edaran;
    • Leaflet, booklet, banner, dan lainnya; dan
    • Media sosial: facebook, pesan singkat (SMS), Whatsapp, Twitter, laman, dan lainnya

Mengingat peran yang luar biasa itu, dalam pendidikan anak di sekolah, orang tua harus terlibat. Guru bersama orang tua harus bisa bersinergi untuk kepantingan anak. Mari membuatkan program-program yang isa memperkuat hubungan sekolah dengan keluarga, hubungan sekolah dengan masyarakat. Demi proses Pendidikan yang lebih baik. Dengan proses yang baik, mudah-mudahan hasilnya akan baik.

 Slide dapat didownload di sini

 


Senin, 11 September 2017

Guru Piket : Etalase Sekolah

Lingkungan sekolah yang aman dan nyaman merupakan idaman semua orang. Pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat tentu akan senang dengan lingkungan sekolah yang demikian. Khususnya orang tua/ wali akan selalu  berharap sekolah tempat anaknya sekolah aman dan nyaman. Kepala sekolah beserta guru dan tenaga pendidikan lainnya yang di dalam sekolah juga memiliki etika dan standar pelayanan untuk mewujudkan sekolah, aman, nyaman dan berbudaya mutu.


Salah satu upaya untuk menciptakan lingkungan yang aman, nyaman dan berbudaya mutu ditunjuklah guru piket yang bertugas secara bergantian dengan jadwal tertentu di sekolah. Adanya guru piket di sekolah tentunya sangat penting. Berdasarkan lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 15 Tahun 2018, ada enam tugas yang dikerjakan oleh guru piket ketika sedang bertugas.

Adapun tugas-tugasnya antara lain:

  1. Meningkatkan pelaksanaan keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, kekeluargaan, kerindangan, kesehatan, keteladanan, dan keterbukaan
  2. Menerima dan mendata tamu sekolah
  3. Mengoordinasikan guru pengganti bagi kelas yang gurunya berhalangan hadir
  4. Mencatat dan melaporkan kasus-kasus yang bersifat khusus kepada kepala sekolah
  5. Melakukan kegiatan lainnya yang terkait tugas guru piket
  6. Membuat laporan hasil piket per tugas.

Impian menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman serta berbudaya mutu dapat diwujudkan salah satunya tugas mulia guru piket. Kinerja dan komunikasi guru piket setiap harinya akan membuat proses pembelajaran di sekolah dapat terukur. Selain itu, Petugas/guru piket menjadi gambaran mutu pelayanan Pendidikan di sekolah yang tergambar dari seberapa baiknya layanan sekolah terhadap pelanggan internal maupun eksternal.


Dengan demikian, salah satu indikator untuk melihat layanan sekolah baik adalah seberapa baik petugas piket dalam melaksanakan tugasnya. Petugas piket merupakan etalasi mutu di sekolah. Petugas piket tidak hanya melaksanakan tugas adminitratif tentang piket tetapi juga harus memahami etika dalam melayani tamu-tamu sekolah. Misalkan apabila tamu datang menghampiri ruang piket, hendaknya dilayani dengan senyum, salam, sapa, sopan, dan santun. Berikan sapaan ramah kepada tamu untuk menciptakan suasana yang menyenangkan di lingkungan sekolah sehingga semua orang merasa nyaman dan mempunyai kesan baik ketika melakukan kunjungan ke sekolah.

 

Sabtu, 09 September 2017

Berilmu atau berahlak?

Jika guru dan orang tua diminta memilih; Mana yang lebih penting orang berakhlak atau orang berilmu? Seluruhnya akan menjawab bahwa lebih pentng berkahlak. Selanjutnya berilmu. Hidup berakhlak tidak datang dari cermah dan siswa dipaksa untuk mengikuti sejumah keharusan dalam tata tertib. Ahlak datang dari penguasaan ilmu yang membangun kesadaran diri sehingga seseorang menyadari sepatutnya patuh Dalam pendidikan berlaku kaidah bahwa pengembangan perilaku selalu dilandasi ilmu karena itu derajat manusia ditinggikan karena ilmunya. Karena itu, keindahan akhlak tak mungkin terbangun tampa penguasaan ilmu yang luas. Ilmu itu bagaikan pisau untuk mengiris, merajang, bahkan mengubah menjadi satuan masalah yang paling kecil yang paling renik. Semakin dalam ilmunya maka serumit apa pun manusia bisa mengirisnya. Dalam pengalaman mengikuti pendidikan formal, setiap orang dilatih untuk mengenal masalah dan memecahkannya. Seorang yang menyandang belar sarjana telah didaulat sanggup merumuskan masalahdan memecahkannya. Dalam pengalaman belajar, setiap orang mendapatkan kenyataan merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan, merancang cara memecahkannya, menghimpun informasi, dan mengolah informasi merupakan tahap belajar yang terus harus diasah. Keterampilan menerapkan ilmu dalam mengelola masalah merupakan proses tak mudah. Akhlak mulia adalah dampak pengiring dari kemampan setiap orang untuk memiliki sikap yang tepat dalam menghadapi setiap masalah yang dihadapinya. ia pandai memilah mana yang boleh dilakukan dan mana yang tak boleh dilakukan. Itulah puncak dari keluhuran budi. Semoga kita dapat memembantu siswa menuai ilmu merumuskan masalah dan memecahkan masalah.

Realitas Nilai Pendidikan Tak Sebaik dalam Dokumen Formal

Tadi malam saya berbicara dengan seorang teman pendidik melalui obrolan WA ( maaf sahabatku.... aku bukan menceritakan tentang Anda). Sebagai sesama guru sudah barang tentu percakapan paling dominan berkaitan dengan sekolah dan proses pendidikan yang ada. Saling bertukar informasi dan berbagi pengalaman khususnya tentang profesi guru. Percakapan ini semakin menarik tatkala topik percakapan adalah kurikulum dan akhirnya sampai kepada perangkat pembelajaran seorang guru. Dari percakapan ini dapat aku simpulkan bahwa perangkat pembelajaran TP 2017/2018 untuk semua mata pelajaran di sekolah sahabat ini sudah selesai dan semua perangkat pembelajaran sudah terintegrasi dengan PPK (Pengiatan Pendidikan Karakter), Gerakan Literasi, Keterampilan abad 21 yakni Creative, Critical thinking, Communicative, dan Collaborative dan higher order of thingking skill ( HOTS ). Wah...Saya salut dan memuji usaha dan kebijakan yang telah dilakukan dan hasil yang dicapai karena sudah menyelesaikan kewajibannya sebagai seorang guru. Lalu bagaimana dengan implementasinya? kataku kemudian. "Soal implementasi itu lain bro..." Sayang, jika rencana yang telah disusun baik-baik namun belum tidak dilaksanakan. Mudah-mudahan kasus ini hanyalah untuk seorang sahabat itu saja. Semua yang baik masih sebatas di atas kertas yang tak pernah diwujudkan. Memang, Pembelajaran ideal itu tergambar dalam silabus dan RPP. Tugas pendidik adalah mewujudkannya sesuai dengan yang tertulis agar pembelajaran ideal itu tidak hanya tertulis di atas kertas. Mengembangkan silabus, rpp, dan perangkat administrasi pembelajaran bisa jadi mudah daripada mengajarkannya. Mengapa demikian? Karena untuk mewujudkan rencana yang baik itu dibutuhkan seorang guru yang baik, kreatif dan selalu penuh persiapan.. Menurut TJipta Dinata dalam laman kompasiana menyentkan bahwa guru yang baik itu adalah guru yang mengajar dengan hati. Guru yang mengajar dengan hati adalah guru yang mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebelum melaksanakan pembelajaran. Tidak ada pendidik yang mengajar dengan baik di kelas jika tanpa persiapan. Pendidik selalu mempersiapkan segala hal sebelum mengajar, mulai dari RPP (Rencana Persiapan Pengajaran), perangkat atau media pembelajaran., sampai bahan-bahan evaluasi materi. Teman-teman pendidik harus selalu ingat bahwa mengajar tampa persiapan merupakan tindakan yang dapat merugikan perkembangan siswa.