Aldon

Samosir

Aldon Samosir

Guru dari Kampoeng

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 25 Juni 2019

Orang Tua Pendidik yang Utama


Orang tua merupakan pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Pola pengasuhan dan pendidikan yang diterapkan orang tua akan menentukan karakter dan kepribadian, motivasi berprestasi dan kondisi kesehatan serta kebugaran anak-anak.
Orang tua juga perlu memperkuat dan meningkatkan komunikasi dengan satuan pendidikan dimana anak-anak memperoleh pengetahuan dan keterampilan untuk bekal menjalani kehidupan. Dalam hal inilah, perlunya dirajut kemitraan antara orang tua dengan satuan pendidikan, mulai tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-Kanak, SD, sampai tingkat SMA/SMK. 
Sudah bukan waktunya lagi orang tua menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak-anak ke satuan pendidikan. Sebaliknya, satuan pendidikan juga diharapkan dapat memberdayakan orang tua dan keluarga untuk membangun kemitraan dalam rangka penumbuhan budi pekerti, membangun budaya prestasi, serta memastikan kesehatan dan kebugaran anak.
Laman ini dibangun untuk mewujudkan kemitraan tersebut. Melalui laman ini diharapkan terbangun ekosistem pendidikan, yang terdiri atas orang tua, kepala sekolah, guru, komite sekolah, dewan pendidikan, pegiat pendidikan dan masyarakat keseluruhan,  yang cerdas dan berkarakter.
Melalui laman ini pula, orang tua dapat memperoleh praktik baik pendidikan keluarga dan menularkannya ke orang tua lain sehingga dapat menjadi fasilitas belajar bersama. Orang tua juga dapat belajar dari pengalaman orang tua lain yang berhasil mendidik anak-anaknya hingga berhasil.
Keterlibatan orang tua tidak hanya berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa, namun juga berkontribusi terhadap pendidikan berkualitas tinggi dan kinerja sekolah yang lebih baik secara keseluruhan. Saat ini pemerintah melalui kementerina pendidikan nasional melaksanakan suatu program pendidikan keluarga.
Keterlibatan orang tua dapat mengambil banyak bentuk, termasuk membantu pekerjaan rumah, melatih olahraga pemuda, memimpin pasukan pramuka, mengenal guru dan teman anak, dan masih banyak lagi. penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa anak-anak dengan orang tua yang terlibat cenderung lebih baik di sekolah, tidak berada dalam masalah, dan menghindari penyalahgunaan narkoba dan alkohol.
"Keterlibatan orang tua," sebuah istilah yang digunakan oleh para peneliti untuk menggambarkan kepentingan keluarga dalam pendidikan anak, sangat diminati oleh para pendidik yang mendorong orang tua untuk membantu anak-anak di rumah mengerjakan pekerjaan rumah dan proyek. Distrik sekolah juga berfokus pada metode untuk mendorong orang tua memandang sekolah sebagai bagian penting kehidupan keluarga saat anak tumbuh. Teori tentang keterlibatan orang tua mengeksplorasi hubungan antara interaksi keluarga dan sekolah dan mencoba untuk mengidentifikasi alasan rendahnya partisipasi orang tua.
Kesadaran akan Masalah
Dengan terlibat dalam kehidupan anak-anak Anda, Anda bisa menemukan masalah lebih cepat dan membantu anak-anak Anda lebih cepat. Tanda awal kegelisahan, depresi, gangguan makan dan gangguan mental lainnya terkadang tidak kentara, seperti komentar yang dilakukan secara sepintas, perubahan pola makan dan tidur, menjatuhkan teman lama dan menghabiskan lebih banyak waktu sendiri atau dengan orang yang berbeda, dan sekolah yang malang. kerja. Tetap waspada dan mengamati sinyal kunci dapat membantu menyelamatkan nyawa anak Anda.
Menjadi Responsif
Keterlibatan di sekolah anak dan kehidupan sosial Anda dapat membantu Anda menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan anak Anda di semua bidang - emosional, sosial, spiritual, intelektual, Orang tua yang terlibat melaporkan kepercayaan yang lebih besar terhadap keterampilan mengasuh dan mengambil keputusan sendiri. Keterlibatan juga memperbaiki sikap orang tua terhadap sekolah anak dan terhadap pendidikan pada umumnya.
Penguatan
Keterlibatan orang tua menandakan kepada anak Anda bahwa aktivitasnya penting. Bila Anda melibatkan diri Anda dalam apa yang dia lakukan, anak Anda merasa bahwa Anda menghargai dan menghargai dia, pilihan dan prioritasnya. Keterlibatan juga memperkuat gagasan bahwa orang tua bukan hanya seseorang yang bekerja dan mengurus rumah, namun merupakan orang multidimensional yang dapat menawarkan berbagai keterampilan, bakat dan pengalaman untuk suatu aktivitas. Akhirnya, keterlibatan Anda dalam aktivitas di luar rumah memperkuat pemahaman penting bahwa Anda berada di sana untuk anak-anak Anda, tidak peduli apa settingnya.
Contoh pengaturan
Anda ingin mengajarkan pelajaran penting yang akan membantu anak-anak Anda di kemudian hari. Dengan terlibat lebih awal dan sering, Anda dapat membantu menyebarkan pelajaran yang tak terhitung jumlahnya. Anda dapat menentukan pentingnya membaca dengan membawa anak-anak Anda ke perpustakaan dan membantu mereka memilih buku. Anda bisa mengajarkan nilai aktivitas fisik dengan bermain tenis atau olahraga lainnya dengan anak-anak Anda. Dan Anda dapat menunjukkan bahwa keterlibatan adalah bagian penting dari mengasuh anak, jadi ketika anak Anda menjadi orang tua, mereka akan memiliki pengalaman untuk menarik dan meneruskan.
Tindakan Keterlibatan
Studi tentang keterlibatan orang tua menggunakan beberapa tindakan, termasuk jenis dan jumlah komunikasi orang tua-sekolah. Ini melibatkan pelacakan jumlah panggilan yang dilakukan ke rumah siswa, partisipasi dalam catatan atau survei yang kembali, dan mencatat jumlah orang tua yang menerima dan membaca buletin di sekolah atau sekolah. Studi juga memantau waktu yang dihabiskan orang tua di sekolah sebagai sukarelawan, hadir di rumah terbuka dan berapa kali orang tua mengunjungi sekolah sepanjang tahun. Langkah-langkah keterlibatan juga mensurvei bagaimana orang tua mendukung sekolah di rumah seperti menawarkan bantuan untuk pekerjaan rumah dan proyek, dan dorongan untuk olahraga dan aktivitas. Tindakan juga mengevaluasi tindakan sukarela orang tua untuk meningkatkan pelajaran sekolah dengan perjalanan khusus ke museum atau perjalanan yang mencakup pendidikan.
Tingkat Pendidikan
Orang tua memiliki keterlibatan lebih besar di tingkat dasar, menurut "Pekan Pendidikan" yang diterbitkan oleh Editorial Projects in Education, penerbit produk nirlaba independen mengenai pendidikan K-12. Seiring pertumbuhan anak, orang tua siswa yang terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler terus menunjukkan ketertarikan pada kegiatan sekolah, namun banyak orang tua mengurangi jumlah waktu yang dihabiskan untuk menjadi sukarelawan di sekolah dan menghadiri kegiatan orang tua yang disponsori oleh kabupaten atau sekolah. Tingkat pendidikan orang tua juga berperan dalam keterlibatan orang tua. Orangtua dengan gelar sarjana dan profesional juga biasanya memiliki keterlibatan lebih besar dalam kegiatan sekolah dan memahami pentingnya mendorong anak untuk melakukannya dengan baik secara akademis.
Penghasilan dan Ekonomi
Penghasilan sering membayar peran penting dalam keterlibatan orang tua dalam pendidikan, menurut University of Michigan. Waktu libur kerja untuk menghadiri open house berarti mengurangi pendapatan untuk makanan di beberapa rumah tangga. Jung-Sook Lee dan Natasha K. Bowen, peneliti kerja sosial yang melapor di "American Educational Research Journal," mencatat bahwa orang tua yang berpenghasilan lebih tinggi juga merasakan pengaruh "modal budaya" lebih banyak dibandingkan keluarga berpenghasilan rendah. Budaya keluarga berpenghasilan tinggi mempromosikan pendidikan dan interaksi sosial dengan orang tua, guru dan administrator lain di sekolah tersebut. Keluarga menengah dan berpenghasilan tinggi menetapkan standar pencapaian untuk anak-anak dan menilai keberhasilan dengan menggunakan standar yang sering mencakup membandingkan prestasi anak dengan tingkat yang dicapai oleh anak-anak lain.
Geografi dan Demografi
Pendidikan memainkan peran penting dalam kehidupan di daerah pedesaan di mana hiburan dan olahraga berfokus pada sekolah menengah yang berfungsi sebagai tempat pertemuan masyarakat, tempat olahraga umum dan tempat untuk melihat anak-anak tampil di auditorium sekolah. Partisipasi orang tua berkurang di daerah dengan sekolah untuk tingkat kelas yang berbeda. Daerah pedesaan memiliki tingkat interaksi orang tua yang lebih tinggi dibandingkan dengan keluarga perkotaan, menurut peneliti pendidikan Peter McDermott dan Julia Rothenberg dalam sebuah artikel yang muncul dalam "Laporan Kualitatif" pada tahun 2000. Sekolah dengan populasi siswa yang sangat besar mencegah interaksi pribadi karena siswa- rasio guru dengan waktu yang terbatas bagi staf untuk bertemu dengan orang tua masing-masing.

Kamis, 06 Juni 2019

Menjadi Ibu Zaman Sekarang

Menjadi ibu di masa sekarang ini adalah tantangan besar. Jika orang tua dari ibu-ibu masa sekarang sering mempertanyakan mengapa anak-anaknya pada zaman dulu lebih mudah patuh dan disiplin daripada anak-anak sekarang, pergeseran zaman dan digitalisasi media rasanya cukup tepat menjadi jawabannya.
Anak dulu (anak zaman old) belum banyak mendapat terpaan media, waktu luang yang panjang, istirahat cukup, waktu bersama keluarga maksimal dan bermain dengan teman haripun cukup. Bahagia, lahir dan batin.
Sementara anak yang lahir dan besar di era digital seperti saat ini, sangat mudah terdistraksi. Media seperti menggempur mereka. Dari berita (betulan hingga bohongan), permainan daring (online), film yang mudah diunduh, dan hiburan lainnya.
Jika tidak bijak mengelola kehadiran media digital ini, maka bersiaplah menuai petaka. Anak malas beraktifitas luar ruangan, enggan berteman secara nyata (non virtual) dan otak dipenuhi dengan informasi yang sesungguhnya tidak dibutuhkan. Agresif, kecanduan gawai (gadget), termasuk kecanduan pornografi dan pergaulan hedon yang melenakan.
Di rumah sakit besar Jakarta saat ini, bahkan ada unit khusus yang menangani anak-anak korban media digital ini. Terapi ini melatih anak untuk bisa berkomunikasi efektif dan menormalkan kembali perkembangannya.
Pengasuhan di Indonesia
Bagaimana para ibu di Indonesia melakukan peran pengasuhannya? Penelitian menyatakan bahwa pengasuhan sangat dipengaruhi berbagai faktor. Baik yang berpengaruh langsung maupun tidak.
Dengan setting sosial dan budaya yang sangat beragam dari Sabang hingga Merauke, maka tidak heran jika pengasuhan di Indonesia dijalankan dengan tata laku yang juga beragam. Yang menyamakan adalah banyak orang tua yang melakukan peran pengasuhannya berdasar apa yang telah diperolehnya dari orang tuanya dulu.
Tidak heran jika hingga saat ini, ketika konsep pengasuhan positif mendunia hingga Indonesia, masih ada orang tua yang masih melakukan kekerasan pada anak-anaknya atas nama pendisiplinan. Jika ditanya mengapa, maka jawabannya karena itulah yang dilakukan orang tuanya dulu.
Demikian halnya dengan pergeseran zaman. Dulu media digital belum banyak dan mewabah, kini layaknya air bah. Hal tersebut tentu sangat berpengaruh. Sementara itu, pola pengasuhan yang dijalankan orang tua, banyak yang belum bergeser mengikuti perkembangan tersebut. Anak sekarang dikatakan sebagai penghuni dunia/generasi digital, sedangkan orang tua adalah pendatang.
Kesenjangan gaya anak sekarang dan orang tua mengakibatkan renggangnya komunikasi. Kesenjangan inipun dikatakan menjadi penyebab banyaknya kegagalan perkembangan anak, bahkan problem remaja.
Selain itu, sebuah studi mengenai pola pengasuhan yang dijalankan oleh ibu dan ayah di beberapa daerah di Indonesia mengatakan bahwa ibu cenderung lebih permisif jika dibanding pengasuhan yang dilakukan ayah yang cenderung otoriter.
Pola asuh otoriter cenderung membatasi perilaku kasih sayang, sentuhan dan kelekatan emosi orang tua anak sehingga antara orang tua dan anak seakan memiliki dinding pembatas yang memisahkan si otoriter (orang tua) dengan si patuh (anak). Sedangkan pola asuh permisif cenderung memberikan kebebasan terhadap anak untuk berbuat apa saja sangat tidak kondusif bagi pembentukan kepribadian.
Biar pun diberikan kebebasan anak tetap memerlukan arahan dari orang tua untuk mengenal mana yang baik mana yang buruk. Dengan memberikan kebebasan yang berlebihan, apalagi terkesan membiarkan, akan membuat anak bingung dan berpotensi salah arah
Namun, apakah benar bahwa peran pengasuhan semata peran utama seorang ibu? Sebuah studi menyatakan bahwa praktik pengasuhan yang tepat dengan hubungan yang baik menentukan keberhasilan perkembangan anak. Sayangnya praktik pengasuhan ini masih menghadapi kendala,  seperti stres orang tua, rasa percaya diri yang rendah, hubungan dalam keluarga yang kurang harmonis dan kerjasama antar orang tua (ayah dan ibu).
Terkait kerjasama dalam pengasuhan, sebuah survei yang dilakukan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menemukan tidak lebih dari separuh calon ayah yang mencari informasi mengenai pengasuhan sebelum menikah, bahkan setelah menjadi ayah. Pun ketika sang istri mengandung, hanya separuh dari ayah Indonesia saja yang menemani pemeriksaan ke dokter. Demikian juga dengan pengasuhan yang dilakukan, sebagain besar peran dilakukan bukan oleh ayah dan ibu, namun oleh anggota keluarga lain, maupun asisten rumah tangga.\
Kerjasama dalam Pengasuhan
Sejalan dengan makin banyaknya penelitian mengenai peran ayah dalam pengasuhan, semakin jelas bahwa keberhasilan perkembangan seorang anak bergantung pada praktik pengasuhan kerjasama, ayah dan ibu.
Dari sejumlah studi yang terkait, disarankan peran ayah berupa pelibatan, kehadiran dan tanggung jawab. Pelibatan mencakup interaksi ayah secara langsung dengan anaknya. Kehadiran dimaksudkan adanya ayah baik secara fisik maupun psikis untuk anaknya. Sedangkan tanggung jawab bermakna pemberian nafkah untuk keluarga sebagai wujud kasih sayang kepada anak dan keluarga. Tanggung jawab ayah juga termasuk langkah-langkah yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu seperti, bersama keluarga menyusun kesepakatan bersama, termasuk kesepakatan menggunakan gawai (gadget).

Tahukah Anda, Facebook Hanya untuk Anak Usia Diatas 13 Tahun


Facebook adalah sebuah aplikasi yang dapat membuat penggunanya terhubung satu sama lain. Aplikasi ini mengandung hal positif sekaligus juga potensi konten negatif. Banyak orang tua bertanya, pada usia berapakah anak boleh memiliki akun Facebook?
Tim Facebook dalam petunjuk pemakaian akun Facebook per Maret 2018 menyatakan Facebook diperuntukkan untuk anak berusia 13 tahun ke atas. Atau di Indonesia untuk anak kelas 1 SMP. Namun sebanyak 2.049 orang tua yang tergabung dalam panel Net Aware di Inggris menilai Facebook baru dapat digunakan oleh anak berusia 15 tahun ke atas.

Hal ini senada dengan para pengunjung laman net aware, yang menyarankan sebaiknya hanya anak berusia 15 tahun ke atas lah yang boleh mengakses facebook.Net Aware adalah sebuah aplikasi dan komunitas keselamatan berinternet bagi anak di Inggris. Mereka menilai Facebookadalah sebuah aplikasi yang berisiko tinggi (High risk) dalam hal konten kekerasan, seksual, perundungan, penyebaran narkoba, dan kejahatan lainnya.

Kendati demikian, tidak banyak anak yang menyadari potensi dampak negatif Facebook. Dari sekira 2.000 anak yang di survei oleh Net Aware di Inggris, hanya 19 persen yang menyatakan bahwa Facebooktidak aman. 
Mereka merasa Facebook dapat memunculkan unggahan yang tidak pantas dilihat oleh anak-anak, menerima permintaan pertemanan dari orang yang tidak dikenal. Namun facebook memiliki banyak hal positif. Antara lain dapat digunakan sebagai media berkomunikasi dengan teman dan keluarga di seluruh penjuru dunia. Selain itu, Facebook juga banyak memuat informasi atau berita terbaru. 
Jadi kuncinya, orang tua harus mendampingi putra-putrinya dalam menggunakan Facebook. Pastikan bahwa anak Anda tidak berusia di bawah 13 tahun. Bahkan lebih baik lagi jika ia sudah berusia di atas 15 tahun.

Disalin kembali dari laman Sahabat Keluarga 

https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id