Kamis, 26 Januari 2023

Peran Guru Penggerak

Di masa mendatang, Guru Penggerak diharapkan dapat memainkan peran-peran memimpin perubahan dalam ekosistem pendidikannya masing-masing. Kepemimpinan seorang Guru tentunya akan lebih maksimal jika memiliki keterampilan ataupun kompetensi yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Bapak/Ibu diajak untuk membaca dan memahami 4 kategori kompetensi sebagai kompetensi-kompetensi yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin di lingkungan sekolah, yaitu: mengembangkan diri dan orang lain, memimpin pembelajaran, memimpin manajemen sekolah, serta memimpin pengembangan sekolah. Seorang Guru Penggerak diharapkan mempunyai kesemua kompetensi itu. Guru Penggerak juga berfokus sebagai pemimpin yang menggerakkan diri, sesama, serta lingkungan-masyarakat untuk mewujudkan sekolah yang berpihak pada murid. Peran Guru Penggerak muncul sebagai respon atas 4 kompetensi kepemimpinan sekolah tersebut. Gambar di bawah berusaha menggambarkan Peran Guru Penggerak yang dimulai dengan pendalaman Nilai-nilai Guru Penggerak dalam diri Guru Penggerak. Terdapat 5 peran Guru Penggerak yang akan diuraikan secara singkat di bagian ini.
 Peran Guru Penggerak di lingkup kelas-sekolah dan lingkungan-masyarakat

1. Menjadi Pemimpin Pembelajaran 
Sambil menginternalisasikan nilai-nilai, Guru Penggerak akan meresonansikan semangat-harapan-antusiasme yang dirasakan oleh mereka yang berinteraksi dalam lingkaran pengaruh sang Guru Penggerak baik di kelas, sekolah, maupun lingkunganmasyarakat. Diisyaratkan juga, bahwa Guru Penggerak itu menjalankan filosofi among Ki Hadjar Dewantara: Ing Ngarso Sung Tulada (menjadi teladan, memimpin, contoh kebajikan, patut ditiru atau baik untuk dicontoh oleh orang lain perbuatan-kelakuan-sifat dan lainlainnya), Ing Madya Mangun Karsa (memberdayakan, menyemangati, membuat orang lain memiliki kekuatan, kemampuan, tenaga, akal, cara, dan sebagainya demi memperbaiki kualitas diri mereka), serta Tut Wuri Handayani (mempengaruhi, memelihara, dan memprovokasi kebajikan serta kualitas positif lain agar orang lain bertumbuh dan maju). Guru Penggerak pun mengadopsi kerangka berpikir inkuiri-apresiatif dalam memimpin perubahan sehingga mereka lugas dalam mengemas pertanyaan-pertanyaan pemantik dialog yang mengungkap potensi, kekuatan atau aset individu maupun sekolah demi pencapaian visi bersama. Inkuiri-apresiatif juga dapat menjadi alat bantu dalam proses mengelola perubahan yang secara lebih mendetail akan dibahas tahapan-tahapannya (BAGJA)

Dengan menjalankan prinsip among Ki Hadjar Dewantara dan pola pikir inkuiriapresiatif diharapkan Guru Penggerak mampu menjalankan peran-perannya. Guru Penggerak akan mendorong adopsi pemikiran dan tindakan strategis di tengah komunitasnya, jadi mereka akan lebih banyak membangun percakapan dan kapabilitas strategis komunitasnya tidak cuma soal operasional dan teknis saja. 

Menjadi pemimpin pembelajaran juga berarti menjadi pemimpin yang menaruh perhatian penuh secara sengaja pada komponen pembelajaran, seperti kurikulum (intra, ekstra, dan ko -kurikuler), proses belajar-mengajar, refleksi dan asesmen yang otentik dan efektif, pengembangan guru, pemberdayaan dan pelibatan komunitas yang kesemuanya mendorong terwujudnya wellbeing dalam ekosistem pendidikan di sekolah. Yang dimaksud dengan wellbeing disini adalah semua yang terkait dengan kondisi yang berpihak pada murid. Apakah kondisi tersebut sudah membuat murid nyaman untuk belajar? Apakah sudah sesuai dengan kebutuhan murid? Apakah lingkungan belajar di sekolah sudah memungkinkan anak untuk mendapatkan manfaat maksimal dari belajar? Guru Penggerak berperan besar dalam membuat lingkungan sekolah yang aman, nyaman, menyenangkan, namun tetap menantang, dan relevan untuk para muridnya. Mereka diharapkan mampu berperan sebagai pemimpin yang berorientasi pada sebesar-besarnya kepentingan tumbuh, kembang, dan mekarnya murid (flourish). 

2. Menjadi Coach 
Bagi Guru Lain Dalam menjalankan peran menjadi coach bagi guru lain, terutama yang terkait dengan peningkatan kualitas pembelajaran bagi murid di sekolah, Guru Penggerak dituntut untuk berdaya dalam menemani dan menuntun rekan sejawatnya itu untuk menelaah proses belajar mereka sendiri. Hal ini sekaligus mengisyaratkan bahwa selain belajar keterampilan coaching, Guru Penggerak juga harus memberdayakan dirinya melalui refleksi atas hasil pengalaman praktik-praktik profesionalnya sendiri. Mereka harus dapat mengambil pembelajaran, memunculkan pertanyaan-pertanyaan mendalam untuk mengakses keterampilan metakognitifnya ketika melihat dan mengevaluasi proses berpikirnya sendiri terkait belajar, pencapaian tujuan, dan pemecahan masalah. Sebagai coach Guru Penggerak juga harus lincah berpindah-pindah dari pemikiran pengembangan rekan sejawat pada level individu dan level anggota komunitas pendidik di sekolah. 

3. Mendorong kolaborasi 
Secara sederhana, kolaborasi berarti bekerja bersama untuk mencapai suatu tujuan atau menghasilkan sesuatu. Di sana tersirat makna bahwa setiap pihak yang terlibat memiliki kekuatan yang saat dipersatukan menjadi saling melengkapi dan produktif. Oleh karena itu, agar suatu inisiatif kolaborasi menjadi produktif, maka tiap anggota yang terlibat di dalamnya membawa “sesuatu” yang berkontribusi pada proses dan hasilnya nanti. 

Guru Penggerak harus punya pandangan apresiatif yang memungkinkan pengungkapan potensi positif rekan yang lain. Mereka membuka lebih banyak ruang dialog positif antar guru, antara guru dan pemangku kepentingan baik di dalam maupun di luar sekolah demi meningkatkan kualitas pembelajaran bagi murid. Lewat peran ini, seorang Guru Penggerak diharapkan mampu mengomunikasikan urgensi dari inisiatif perubahan yang sedang dibawakannya pada lebih banyak pemangku kepentingan, terutama mereka yang kiranya dapat membawa dampak positif pada murid. 

4. Mewujudkan Kepemimpinan Murid (Student Agency)
Guru Penggerak diharapkan mengambil peran untuk mewujudkan kepemimpinan murid. Untuk itu, Guru Penggerak perlu memahami bagaimana meramu pengalaman belajar sedemikian rupa sehingga murid merasa kompeten, mandiri, dicintai, dan memiliki kepercayaan diri serta determinasi untuk mencapai segala yang mereka impikan. Guru Penggerak senantiasa memampukan diri untuk menuntun murid di sekolahnya agar murid mereka sadar bahwa sebagai murid di saat ini, mereka juga adalah wajah Indonesia di masa depan, sehingga mereka berdaya dan turut aktif berkontribusi pada makin indahnya dunia di masa depan sejak sekarang. Dalam mewujudkan kepemimpinan murid, Guru Penggerak mengerti betul esensi dari Tut Wuri Handayani, sehingga mereka menempatkan murid pada kursi pemegang kendali proses pembelajaran mereka sendiri. Guru Penggerak menuntun murid mereka belajar merdeka untuk merdeka belajar. 

5. Menggerakkan Komunitas Praktisi 
Guru Penggerak diharapkan dapat mengambil peran untuk menggerakkan komunitas praktisi di sekolah dan di wilayahnya. Agar komunitas praktisi dapat berjalan secara berkesinambungan, Guru Penggerak pun perlu menumbuhkan budaya belajar kolaboratif atau komunitas belajar profesional bersama para rekan guru di sekolah maupun wilayahnya. Komunitas belajar inilah yang menjadi wahana perjumpaan profesional para guru. Komunitas belajar ini memungkinkan terjadinya dialog akademik, percakapan profesional, perencanaan strategis, diskusi teknis secara kolaboratif, terkait dengan upaya peningkatan kualitas pembelajaran sekaligus membuahkan inovasi pembelajaran (cara baru atau cara pandang baru) yang berdampak positif bagi murid. 

Kerangka kerja Lesson Study: Merencanakan (Plan), Mengerjakan (Do), Melihat kembali (See) adalah satu dari banyak contoh kerangka kerja kolaboratif yang dapat digunakan untuk menggerakkan sebuah komunitas belajar profesional dan menghasilkan praktik-praktik baik. Banyaknya praktik baik yang dibagikan dalam komunitas tersebut akan menjadi bahan belajar bersama sehingga terus mendorong agar praktik yang dilakukan menjadi semakin baik. 

0 comments: